Selasa, 07 November 2017

Mandela adalah Simbol Perlawanan Apartheid Afrika


Nelson Mandela adalah sosok dan simbol perlawanan terhadap penindasan dan diskriminasi Afika Selatan. Perjalanan hidupnya menuju kebebasan luar biasa, seperti roller coaster setelah 27 tahun di tahanan kelompok apartheid. Hal ini yang membuat banyak orang terkesan kepadanya karena keberhasilan rekonsiliasi atau perdamaian yang telah dilakukannya atas konflik atau perdamaian Afrika Selatan.

Sistem apartheid di Afrika Selatan begitu memprihatinkan. Contohnya struktur apartheid pada pabrik senjata yang tangguh dari hukum-hukum diskriminatif dan rasial. Pada awal tahun 1950-an, Group Areas Act memaksa orang kulit hitam untuk tinggal di tempat terpisah, daerah yang dirancang dengan kaku. Dalam sektor pendidikan juga demikian, pendidikan pemuda kulit hitam sangat tragis, ketika arsitek apartheid, Verwoerd, memperkenalkan Bantu Education Act tahun 1953, yang menciptakan sistem pendidikan inferior berbasis silabus rendahan yang memandang bangsa Afrika hanya sebagai pemanah kayu dan pembawa air (hal, 117).

Dampak sistem aparheid juga sampai pada perempuan Afrika. Apartheid terimplementasi di ranah pribadi, yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari semua orang kulit hitam. Hal tersebut adalah seumber kekacauan yang imbasnya pada kehidupan pribadi,bahkan meluas ke ranah seks dan agama. Orang kulit hitam dilarang kawin dengan orang kulit putih, atau pelarangan perkawinan dan aktivitas seks antarras.

Maka dengan praktek klasifikasi dan diskrimasi berlebihan tersebut, telah meondorong Mandela beserta partai ANC (African National Congress) berjuang menghapusnya dari “Negara Pelangi” tersebut. Dalam laku praksis, Mandela pernah menjadi koordinator Kampanye Penentangan besar-besaran yang terjadi pada tahun (1952) melawan hukum yang tidak adil. “Pemuda yang mencintai kebebasan semua ras di Afrika Selatan seharusnya bergabung dalam pertarungan atas nama perdamaian dan kebebesan” begitulah cara Mandela memompa kesadaran dan dukungan rakyat.

Pada tahun 1955 sebelum dipenjara oleh kelompok apartheid, Mandela juga aktif menulis artikel di beberapa media massa dan ANC. Tulisan yang sedikit menyentil pemerintah adalah “People are Destroyed” atau Rakyat Dihancurkan. Dalam artikelnya, ia dengan jelas membuat sketsa siksaan kehidupan bangsa Afrika yang dikebumikan ke ladang kerja penjara (hal, 127).

Pada tanggal 05 Desember 1956, Nelson Mandela ditangkap beserta rekan perlawanannya, polisi keamanan telah melakukan pengkhiatan besar. Namun, di dalam penjara tidak membuatnya diam saja. Perlawanannya terdiri dari banyak bentuk: mempersatukan, memberi inspirasi, dan bertindak sebagai juru bicara untuk lainnya; menentang rasisme dan kekejaman adalah laku tidak diam meski berada di dalam sel berukuran tidak lebih dari enam kaki persegi.

Nelson Mandela mampu mengatasi segala hambatan kaku yang muncul dari paham rasisme apartheid yang jahat, dan kepahitan hebat yang ditimbulkannya terhadap banyak orang. Meskipun kekuatan global dan nasional menunda realisasi mimip-mimpinya, Mandela tetap aktif bahkan setelah jabatannya sebagai presiden selesai, dia tetap aktif pada usia hingga akhir 80-an untuk berbicara tentang hak asasi manusia dan tindakan melawan masalah sosial yang akut.


Judul Buku    : Nelson Mandela
Penulis           : Peter Limb, Penerjemah Eka Oktaviani
Cetakan         : I: September 2017
Penerbit         : BASABASI
ISBN              : 978-602-6651-38-9
Tebal Halaman: 307
Peresensi       : Khairul Mufid Jr*

Share:

0 komentar:

Copyright © LAJANG KEMBARA | Powered by Blogger
Design by SimpleWpThemes | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com