Berbicara tentang surga, tentu dalam konteks hari ini tidak mubazir untuk diperdebatkan. Karena keagungan yang dimilikinya, serta menjadi orientasi final manusia dan menjadikan surga sebagai impian untuk lekas mendapatkannya. Surga tempat makhluk Allah dan orang-orang mukmin yang mengagugkan Allah akan hidup kekal dan abadi di sana.
Mafhum dipahami, di surga tidak ada malapetaka, lelah, sakit, luka, lesu, penat, bosan, malas, lapar, haus, dan sebagainya. Di sana hanya ada kesenangan, kemudahan, dan keindahan. Istana di dalam surga terbuat dari emas. Bebatuannya terbuat dari mutiara, zabarjad (batu mulia), dan yakut (permata). Pepohonannya tidak bisa dijelaskan karena kebaikan dan keindahannya.
Di sana juga terdapat buah-buahan yang enak, segar yang beragam. Di sana juga terdapat banyak burung keberuntungan yang senantiasa memanggil orang-orang muslim sejati ketika menginginkan dan mengharapkan sesuatu, tanpa meminta dan tidak perlu dan mengharapkan sesuatu, tanpa meminta dan tidak perlu memeras pikiran atau berjuang. Itu merupakan dambaan dan kenyataan, permohonan dan pelaksanaan.
Setiap Muslim tentu mengharapkan kasih sayang dan ampunan Allah SWT. Mendambakan masuk surga meski harus dengan merangkak sekalipun, dan menginginkan keselamatan dari iksa Allah di hari kiamat, serta terbebas dari segala api neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu.
Maka dari sekian insan yang ditakdirkan masuk surga, alangkah baiknya kita telisik bagaimana mendapatkan surga, seperti apa muamalah atau hubungan horizontal dengan sesama manusia yang baik, serta syariat yang mengatur keberislaman orang muslim secara general.
Ciri-ciri insan yang mendapatkan surga adalah berakhlaqul karimah. Ahlaq merupakan pakaian yang harus dikenakan seluruh umat manusia. Tanpa ahklaq, kita tidak ada bedanya dengan binatang. Bahkan yang menentukan baik-buruknya sifat manusia adalah akhlaqnya. Kita lihat beberapa insan pilihan Allah, seperti Nabi Muhammad, Umar bin Khattab, Ustman bin Affan, dan para ahli tasawuf seperti Jalaludin Rumi, dan Attar mereka memiliki akhlaq yang mulia dan dijamin masuk surga (hal 111).
Nabi Muhammad Saw. Juga telah menjanjikan surga bagi orang yang menjawab adzan ataupun menirukannya. Hanya dengan membalas kalimat-kalimat yang dikumandangkan oleh muadzin (orang yang adzan), sebagaimana yang dijanjikan oleh Rasulullah, maka mereka akan masuk surga.
Kemudian yang tak kalah urgent selain ibadah keseharian kita adalah menangis karena menyesali dosa-dosa yang telah kita lakukan, bersiaplah menjadi penghuni surga tanpa harus dihisab. Jangan sia-siakan air mata kita hanya untuk hal-hal yang membuat kita semakin menjauh dari Allah. Sebaliknya, teteskanlah air mata kita haya untuk menyesali dosa-dosa dan semata-mata takut kepada Allah (hal 118).
Dalam upaya bertaubat ini Allah telah menyinggung dalam Al-Qur’an: “sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah [2]: 222)
Buku yang ditulis oleh Majid Al Faruq ini, membahas tentang kiat dan usaha kaum muslim untuk dapatkan kemulian dari Allah berupa masuk surga tanpa dihisab amal-amalnya terlebih dahulu. Pada bagian awal buku ini dijelaskan terlebih dahulu hal-hal yang berkaitan dengan terjadinya hari kiamat, persoalan hisab, hakikat hisab, kemudian dilanjutkan pembahaan mengenai surga, dan pembahasan terakhir berkaitan dengan cara agar kita bisa masuk surga.
Namun yang paling penting dijabarkan pada bab 4 buku ini, yang memberikan sebuah eksistensi kaum muslimin dalam mendapatkan surga. Seperti: menyempurnakan tauhid, beramal saleh, mencintai karena Allah, sabar terhadap ujian berupa sakit, berjiwa ikhlas, jujur dalam perkataan dan perbuatan, istiqomah, lembut hati dan penyayang, menyempurnakan wudlu, menjaga syahwat perut, dan tentunya membaca Al-Qur’an. Semua ihwal Ini menjadi kiat dan tiket untuk kaum muslimin untuk mendapatkan surga.
Tapi pertanyaannya sekarang adalah mungkinkah manusia bisa masuk surga tanpa terlebih daulu dihisab, melihat fenomena sekarang ketika kaum muslimin sudah berjarak dengan ibadah dan syariat islam itu sendiri? Mungkinkah usaha para aulia dan para ulama mendedahkan hasil?.
Maka alangkah baiknya untuk membaca buku ini, cocok untuk akademisi, kiai dan santri, atau masyarakat kejamakan. Setidaknya menjadi ajakan dan rambu-rambu untuk kembali kepada Islam yang rahmatan lil alamin.Akhirnya, selamat membaca!
Judul : Indah dan Nikmatnya Surga
Penulis : Majid Al Faruq
Penerbit : Araska
Cetakan : 1, Oktober 2016
Tebal : 14x20,5 200 Halaman
ISBN : 978-602-300-316-7
Peresensi : Khairul Mufid Jr*
Mafhum dipahami, di surga tidak ada malapetaka, lelah, sakit, luka, lesu, penat, bosan, malas, lapar, haus, dan sebagainya. Di sana hanya ada kesenangan, kemudahan, dan keindahan. Istana di dalam surga terbuat dari emas. Bebatuannya terbuat dari mutiara, zabarjad (batu mulia), dan yakut (permata). Pepohonannya tidak bisa dijelaskan karena kebaikan dan keindahannya.
Di sana juga terdapat buah-buahan yang enak, segar yang beragam. Di sana juga terdapat banyak burung keberuntungan yang senantiasa memanggil orang-orang muslim sejati ketika menginginkan dan mengharapkan sesuatu, tanpa meminta dan tidak perlu dan mengharapkan sesuatu, tanpa meminta dan tidak perlu memeras pikiran atau berjuang. Itu merupakan dambaan dan kenyataan, permohonan dan pelaksanaan.
Setiap Muslim tentu mengharapkan kasih sayang dan ampunan Allah SWT. Mendambakan masuk surga meski harus dengan merangkak sekalipun, dan menginginkan keselamatan dari iksa Allah di hari kiamat, serta terbebas dari segala api neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu.
Maka dari sekian insan yang ditakdirkan masuk surga, alangkah baiknya kita telisik bagaimana mendapatkan surga, seperti apa muamalah atau hubungan horizontal dengan sesama manusia yang baik, serta syariat yang mengatur keberislaman orang muslim secara general.
Ciri-ciri insan yang mendapatkan surga adalah berakhlaqul karimah. Ahlaq merupakan pakaian yang harus dikenakan seluruh umat manusia. Tanpa ahklaq, kita tidak ada bedanya dengan binatang. Bahkan yang menentukan baik-buruknya sifat manusia adalah akhlaqnya. Kita lihat beberapa insan pilihan Allah, seperti Nabi Muhammad, Umar bin Khattab, Ustman bin Affan, dan para ahli tasawuf seperti Jalaludin Rumi, dan Attar mereka memiliki akhlaq yang mulia dan dijamin masuk surga (hal 111).
Nabi Muhammad Saw. Juga telah menjanjikan surga bagi orang yang menjawab adzan ataupun menirukannya. Hanya dengan membalas kalimat-kalimat yang dikumandangkan oleh muadzin (orang yang adzan), sebagaimana yang dijanjikan oleh Rasulullah, maka mereka akan masuk surga.
Kemudian yang tak kalah urgent selain ibadah keseharian kita adalah menangis karena menyesali dosa-dosa yang telah kita lakukan, bersiaplah menjadi penghuni surga tanpa harus dihisab. Jangan sia-siakan air mata kita hanya untuk hal-hal yang membuat kita semakin menjauh dari Allah. Sebaliknya, teteskanlah air mata kita haya untuk menyesali dosa-dosa dan semata-mata takut kepada Allah (hal 118).
Dalam upaya bertaubat ini Allah telah menyinggung dalam Al-Qur’an: “sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah [2]: 222)
Buku yang ditulis oleh Majid Al Faruq ini, membahas tentang kiat dan usaha kaum muslim untuk dapatkan kemulian dari Allah berupa masuk surga tanpa dihisab amal-amalnya terlebih dahulu. Pada bagian awal buku ini dijelaskan terlebih dahulu hal-hal yang berkaitan dengan terjadinya hari kiamat, persoalan hisab, hakikat hisab, kemudian dilanjutkan pembahaan mengenai surga, dan pembahasan terakhir berkaitan dengan cara agar kita bisa masuk surga.
Namun yang paling penting dijabarkan pada bab 4 buku ini, yang memberikan sebuah eksistensi kaum muslimin dalam mendapatkan surga. Seperti: menyempurnakan tauhid, beramal saleh, mencintai karena Allah, sabar terhadap ujian berupa sakit, berjiwa ikhlas, jujur dalam perkataan dan perbuatan, istiqomah, lembut hati dan penyayang, menyempurnakan wudlu, menjaga syahwat perut, dan tentunya membaca Al-Qur’an. Semua ihwal Ini menjadi kiat dan tiket untuk kaum muslimin untuk mendapatkan surga.
Tapi pertanyaannya sekarang adalah mungkinkah manusia bisa masuk surga tanpa terlebih daulu dihisab, melihat fenomena sekarang ketika kaum muslimin sudah berjarak dengan ibadah dan syariat islam itu sendiri? Mungkinkah usaha para aulia dan para ulama mendedahkan hasil?.
Maka alangkah baiknya untuk membaca buku ini, cocok untuk akademisi, kiai dan santri, atau masyarakat kejamakan. Setidaknya menjadi ajakan dan rambu-rambu untuk kembali kepada Islam yang rahmatan lil alamin.Akhirnya, selamat membaca!
Judul : Indah dan Nikmatnya Surga
Penulis : Majid Al Faruq
Penerbit : Araska
Cetakan : 1, Oktober 2016
Tebal : 14x20,5 200 Halaman
ISBN : 978-602-300-316-7
Peresensi : Khairul Mufid Jr*