Korea Utara seakan tidak pernah bosan memanggungkan kontroversi. Ketika dunia masih dipusingkan oleh percobaan peluncuran rudal dan pengembangan senjata nuklirnya, Korut kembali mencuri perhatian setelah pembunuhan Kim Jong-nam pada Senin (13/02), di Bandara Internasional Kuala Lumpur Malaysia. Nyawa Kim Jong-nam melayang setelah agen rahasia yang adalah seorang perempuan meracunnya dengan ricin atau tedrodotoksin (TTX) dan lebih mematikan dari sianida.
Dua tersangka perempuan yaitu Doan Thi Houng (Vietnam), dan Siti Aisyah (Indonesia) menjadi pelaku utama dalam pemnuhan itu. Seorang perempuan menyemprotkan cairan ke wajah korban, lalu perempuan lain langsung membekap dengan sapu tangan. Banyak pengamat berspekulasi bahwa keduanya, beserta dua tersangka lainnya adalah agen rahasia Korut di bawah nakhoda Presiden Kim Jong-un. Karena sejak berkuasa pada tahun 2011, Kim Jong-un dikenal sebagai pemimpin demagog dan otoriter.
Tercatat ada sejumlah pejabat dan anggota keluarga Kim Jong II yang tewas dieksekusi atas perintah Kim Jong-un. Mereka antara lain adalah Jenderal Jang Song-Thaek dan istrinya Kim Kyong-hui. Paman dan bibi Jong-un itu dibunuh pada tahun 2013 dan 2014 (KR, 20/02).
Spionase Cantik
Dengan diringkusnya dua perempuan dalam kasus pembunuhan Kim Jong-nam tidak mengagetkan banyak pihak. Karena kalau flashback sejarah kasus penghilangan nyawa yang dikaitkan dengan Korea Utara, banyak perempuan-perempuan yang memainkan peran utama.
Kita masih ingat spionase cantik Korut Kim Hyon-hui, yang pada 1987 melakukan pengeboman pesawat milik maskapai Korean Air. Kalau dibandingkan dengan dua perempuan pembunuhan Jong-nam memang tidak ada apa-apanya, karena mereka tampak maasih amatir. Bahkan Kim Hyon-hui mengatakan: “saya merasa curiga, tampaknya mereka tidak mendapatkan pendidikan fisik dan psikologi yang ketat dan tidak dilatih di Korut.”
Kim Hyon-hui yang dikenal dengan nama Ok Hwa itu sempat menghabiskan tujuh tahun untuk mempelajari seni menjadi mata-mata. Mulai bela diri, ketahanan fisik, hingga mempelajari bahasa dan budaya Jepang. Dia memang ditugaskan menyamar sebagai orang Jepang untuk melaksanakan tugas meledakkan pesawat Korean Air tersebut.
Pemerintah Korut kerap merekrut perempuan-perempuan cantik untuk dijadikan agen rahasia. Siapa yang tidak mengenal Wong Jeong-hwa, dia masuk ke unit komando khusus untuk dilatih menjadi agen rahasia. Won dilatih tentang bagaimana menggunakan senjata mematikan seperti jarum yang ujungnya beracun, bahan peledak, dan senjata-senjata lain. Dia juga dilatih melakukan peperangan di gunung, dan hampir seluruh agen rahasia Korut memiliki kemampuan menyelam. Mereka didoktrin sebelum diterjunkan ke lapangan. Tak ayal kalau Won pada 2001 berpura-pura membelot dan masuk ke Korsel. Dengan kecantikannya Won berhasil menarik perhatian para petinggi militer, dan ketika sudah dekat dia menawarkan seks sebagai ganti informasi-informasi penting yang dimiliki mereka.
Dalam misteri pembunuhan Kim Jong-nam itu pula, ada sosok kombatan sang peracik racun Ri Jong-chol. Pria kelahiran 06 Mei 1970 itu adalah alumni Saind dan Kedokteran salah satu universitas di Korut, dia lulus pada tahun 2000 dan pada tahun 2010 mengikuti pelatihan di Kalkuta, India. Dengan backround dan pendidikannya itu dia dikenal sebagai ahli pembuat racun, dan Polisi terus menyelidiki peranan Jong-chol dengan racun yang menewaskan Jong-nam.
Aisyah dan Indonesia
Tersangka Siti Aisyah (25) adalah kelahiran Serang, Banten, Indonesia. Untuk merenggut nyawa Kim Jong-nam Aisyah dihadiahi uang USD 100 atau sekitar Rp 1,3 juta oleh seorang pria misterius. Saat Aisyah diinterogasi dia mengaku bahwa aksinya itu hanya untuk melakukan syuting video lelucon. Kemudian Aisyah ditugasi menutup wajah Jong-nam dengan sapu tangan, sedangkan Doan menyemprotkan racun. Kedunaya beberapa kali melakukan geladi sebelum aksinya.
Meskipun alasan mereka tampak konyol, dan hanya sebagai alibi untuk menutupi tuduhan, tapi kasus ini sedari memusingkan Indonesia sebagai negara asal Siti Aisyah. Sementara ini Indonesia terus mengusahakan agar bisa bertemu langsung dengan Siti Aisyah. Menteri Luar Negeri Retno L.P. Marsudi telah melakukan komunikasi dengaan Menlu Malaysia (18/02). Dalam komunikasi tersebut, Retno menegaskan kembali permintaan Indonesia untuk memperoleh akses kekonsuleran terhadap Aisyah yang saat ini masih di tahanan. Tapi peluang melobi Korut juga akan sedikit tersaruk, sebab sikap introvert Korut yang tak mau membuka diri.
Direktur Perlindungan WNI dan BHI Lalu Muhammad Iqbal juga mengatkan, untuk menindaklanjuti komunikasi tersebut, pihaknya sudah menunjuk firma hukum Gooi & Azura sebagai kuasa hukum Aisyah. Tim kuasa hukum sudah ditugasi KBRI untuk melakukan pendampingan dan pembelaan hukum. Mereka telah bertemu dan berkoordinasi dengan penyidik di Kepolisian Sepang, Selangor, yang memproses kasus itu. Namun kata Iqbal, tim pengacara belum bisa bertemu Aisyah karena dia telah dipindahkan ke penjara lain.