Ya Salman
Ahlan Wa Sahlan Ya Salman
Mendengar dan mengkaji kedatanganmu, kita terpagut
Bukan kekayaan dan kesohoranmu
Tapi dahaga kerinduan yang membuncah sejak 47 tahun
Seperti hutang, seperti dendam, rindu harus terbayarkan
Barangkali bukan embel-embel invetasi dolaran
Barangkali bukan narasi kemewahan
Tapi egkau bersedia membuka dan menjalin hubungan dengan yang lain
Meski bukan satu keyakinan
Era keterbukaan pemimpin dua masjid
Era penghapusan warisan kekolotan
Engkau dan bangsamu di sana
Engkau dan keanjlokan minyakmu
Mau tak mau harus bergerilya mencari oasis di tengah padang
Konflik kawasan dan jutaan nyawa melayang
Mau tak mau, kau harus datang kemari
Untuk keyakinan yang lebih moderat
Ahlan Wa Sahlan Ya Salman
Pamekasan, 2017
Maaf
Maaf yang kau utarakan itu..
Tak pantas ada
Kau tak perlu minta maaf
Kau tetap ada
Maafmu, sakitku, dan sakitnya telah memasung
Gerbang-gerbang cinta
Yang telah lama dibangun dan dibangun kembali
Bila maaf adalah maujud penyesalan
Maka biarkan ia mencari luka-luka
Yang tertimbun di padang Karbala
Biakan ia mencari dara-darah usang
Yang mengental di Madway, Okinawa, dan Pearl Harbor
Tak ada jaminan, meski kau mencium kaki budakmu.
Pamekasan, 2017
Dramaturgi
Pagi yang gugup utuk memulai kebiasaan lama
Kebiasaan yang selalu kucoba dengan debar baru
Tak habis pikir, ketika semangat dikalahkan badai
Atau gelombang lautan yang terus menenggelamkan
Inilah semesta duka, meski tak sedahsyat kawan di tengah samudera itu
Tapi bak pusaran dan gemuruh ombak itu aku hanyut
Pada apa lagi aku harus bermetafor kalau bukan pada kata
Manusia laksana serigala bagi manusia lainnya, kata Hobbes
Manusia merasa ada kalau ia tertawa
Karena keberlimpahan cinta, harta, dan tahta
Padahal tak…
Apa yang kita buru di tengah samudera kehidupan
Kalau bukan rindu dan air mata
Pamekasan, 2017
Dunia Kedap Luka
Berjuta nyawa melayang, berjuta zaman tumbang
Berjibun luka mengendap, berbagai perasaan terpasung
Inikah dramaturgi?
Gedung-gedung dibangun, jalan diaspal
Masjid da gereja dimegahkan
Rumah-rumah di tingkat
Muda-mudi melepas remajanya
Laki-perempuan melepas usianya
Tapi kecongkaan dan keegoisan jarang disinggung
Apakah yang kau-aku cari pada dunia kedap luka ini
Pamekasan, 2017
Penjara Nawang
Penjara langit sembunyikan musim
Dalam hari-hari tempat ku puja
Hingga malam berganti biasa bermimpi
Aku dahaga
Ronta laun sendiri meranggas
Kapan kemarau mengubah embun
Dengan bahasa-bahasa langit
Yang kau sebut penjara nenek moyangmu
Dan besi tua yang menyaksikanku
Di ujung celah dinding itu.
*)Istianatul mubarakah, Mahasiswi Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Madura (UIM).
Ahlan Wa Sahlan Ya Salman
Mendengar dan mengkaji kedatanganmu, kita terpagut
Bukan kekayaan dan kesohoranmu
Tapi dahaga kerinduan yang membuncah sejak 47 tahun
Seperti hutang, seperti dendam, rindu harus terbayarkan
Barangkali bukan embel-embel invetasi dolaran
Barangkali bukan narasi kemewahan
Tapi egkau bersedia membuka dan menjalin hubungan dengan yang lain
Meski bukan satu keyakinan
Era keterbukaan pemimpin dua masjid
Era penghapusan warisan kekolotan
Engkau dan bangsamu di sana
Engkau dan keanjlokan minyakmu
Mau tak mau harus bergerilya mencari oasis di tengah padang
Konflik kawasan dan jutaan nyawa melayang
Mau tak mau, kau harus datang kemari
Untuk keyakinan yang lebih moderat
Ahlan Wa Sahlan Ya Salman
Pamekasan, 2017
Maaf
Maaf yang kau utarakan itu..
Tak pantas ada
Kau tak perlu minta maaf
Kau tetap ada
Maafmu, sakitku, dan sakitnya telah memasung
Gerbang-gerbang cinta
Yang telah lama dibangun dan dibangun kembali
Bila maaf adalah maujud penyesalan
Maka biarkan ia mencari luka-luka
Yang tertimbun di padang Karbala
Biakan ia mencari dara-darah usang
Yang mengental di Madway, Okinawa, dan Pearl Harbor
Tak ada jaminan, meski kau mencium kaki budakmu.
Pamekasan, 2017
Dramaturgi
Pagi yang gugup utuk memulai kebiasaan lama
Kebiasaan yang selalu kucoba dengan debar baru
Tak habis pikir, ketika semangat dikalahkan badai
Atau gelombang lautan yang terus menenggelamkan
Inilah semesta duka, meski tak sedahsyat kawan di tengah samudera itu
Tapi bak pusaran dan gemuruh ombak itu aku hanyut
Pada apa lagi aku harus bermetafor kalau bukan pada kata
Manusia laksana serigala bagi manusia lainnya, kata Hobbes
Manusia merasa ada kalau ia tertawa
Karena keberlimpahan cinta, harta, dan tahta
Padahal tak…
Apa yang kita buru di tengah samudera kehidupan
Kalau bukan rindu dan air mata
Pamekasan, 2017
Dunia Kedap Luka
Berjuta nyawa melayang, berjuta zaman tumbang
Berjibun luka mengendap, berbagai perasaan terpasung
Inikah dramaturgi?
Gedung-gedung dibangun, jalan diaspal
Masjid da gereja dimegahkan
Rumah-rumah di tingkat
Muda-mudi melepas remajanya
Laki-perempuan melepas usianya
Tapi kecongkaan dan keegoisan jarang disinggung
Apakah yang kau-aku cari pada dunia kedap luka ini
Pamekasan, 2017
Penjara Nawang
Penjara langit sembunyikan musim
Dalam hari-hari tempat ku puja
Hingga malam berganti biasa bermimpi
Aku dahaga
Ronta laun sendiri meranggas
Kapan kemarau mengubah embun
Dengan bahasa-bahasa langit
Yang kau sebut penjara nenek moyangmu
Dan besi tua yang menyaksikanku
Di ujung celah dinding itu.
*)Istianatul mubarakah, Mahasiswi Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Madura (UIM).