Senin, 31 Oktober 2016

Memutus Diaspora ISIS di Mosul



Google.com
Kota Mosul (Irak) menjadi arena pertempuran sengit pekan ini. Berbagai kekuatan regional maupun internasional bahu-membahu dalam satu misi dan aksi, yakni memutus diaspora kelompok jihadis the Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) yang menguasai Mosul sejak tahun 2014.

Setidaknya, ada sekitar 40.000 pasukan militer gabungan, militer Irak, pejuang Kurdi (Peshmerga), milisi Syiah dan pengongkang senjata Sunni sedang melakukan serangan besar-besaran untuk merebut kembali Mosul dari genggaman ISIS. Mereka juga dibantu pasukan koalisi yang dipimpin Amerika Serikat, yang sejauh ini telah menghujani sarang ISIS dengan rudal dan bom. Tapi banyak pengamat memprediksi; pembebasan Mosul tidak akan purna dalam waktu dekat, tapi membutuhkan waktu berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.


Kian Melemah

Ada asumsi dasar yang diyakini dunia untuk memusnahkan ISIS, yakni dimulai dari pemusnahan sarangnya terlebih dahulu. Setelah sarang mereka hancur, mereka akan kesulitan untuk membangun legitimasi, ideologisasi, dan ekspansi ke segala arah. Sarang (ibu kota) ISIS terpusat di Mosul (Irak) dan Raqqa (Suriah). Dan diduga kuat, khalifah atau suksesor ISIS Abu Bakar al-Baghdadi, menghabiskan sebagian besar waktunya di Mosul dan Raqqa. Oleh karena itu dunia bersepakat kalau pemusnahan ISIS dimulai di Mosul baru ke Raqqa.

Dalam dua pekan terakhir, sejak “pembebasan” Mosul diproklamasikan 17 oktober 2016, superioritas ISIS kian melemah, tercerai berai, dan terkepung. Otoritas dan sarang mereka dikepung dari semua sisi, bahkan dari udara. Akses dan mobilisasi darat mereka pun diberedel, utamanya di poros Mosul-Hamdaniyah, Mosul-Bashiqa, Mosul-Talkif, dan Mosul Bartella. (Kompas, 27/10/16)

Dalam misi pembebasan kota terbesar kedua setelah Baghdad (Irak) itu, pasukan militer gabuangan membagi dan menempati posnya masing-masing: pasukan militer Irak menyerang dari selatan Mosul. Milisi Syiah (al-Hasyd al-Sha’by) mengepung dari tenggara, sementara pasukan Kurdi (Peshmerga) bergerak dari timur dan timur laut, serta milisi Sunni yang dilatih Turki itu menyerang dari utara, dan sesekali dibantu pasukan koalisi internasional menyerang dari udara.

Untuk kabar terakhir, saat artikel ini ditulis menyebutkan, pertempuran paling panas masih terpusat di timur dan timur laut Mosul, antara Peshmerga melawan kombatan ISIS. Dan Peshmerga telah menguasai jalan utama Mosul-Bashiqa untuk memutus jalur logistik ISIS, serta desa-desa sekitar yang masih dikontrol. Tapi ISIS pun memberi porsi lebih banyak pasukannya di area Bashiqa-Mosul untuk membendung gerak maju Peshmerga dari arah timur laut. Dan tanpa dinyana pertempuran itu hampir menyisir bascame pasukan Peshmerga di Arbil, timur laut yang jaraknya hanya tinggal 5 kilometer lagi. Sementara tingkat pertempuran di arah selatan dan utara kota Mosul relatif rendah.

Dari pos selatan, pasukan militer Irak telah berhasil merebut kembali wilayah Qayyarah. Wilayah ini merupakan pangkalan udara terletak di Provinsi Nineveh sekitar 84 kilometer selatan Mosul. Menjadi lampu hijau. Jatuhnya wilayah Qayyarah ke tangan militer Irak adalah keniscayaan untuk bisa merangsek masuk ke Mosul yang penuh ranjau ISIS itu.

Dalam dua tahun terakhir, kekuatan ISIS memang kian melemah. Dari segi teritorial dan pendabatan telah mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Menurut lembaga kajian Inggris, IHS Conflict Monitor pada 10 Juli 2016, sejak mendeklarasikan kekhalifahannya pada tahun 2013, ISIS telah kehilangan 12% dari total wilayahnya baik di Irak dan Suriah.

Pentagon menyuguhkan data senada, yang dirilis tahun 2016. Bahwa ISIS telah kehilangan 45% wilayahnya di Irak, dan 16-20 % di wilayah Suriah. Disisi lain yakni di level pendapatan, ISIS juga mengalami penurunan. Catatan Ludovico Carlin, analisis senior HIS mengatakan bahwa ISIS mengalami penurunan pendapatan dari 1,05 triliun perbulan, pertengahan 2015 menjadi 743 miliar pada bulan Maret 2016. Dengan fakta itulah, banyak pengamat (salah satunya, Fatkurrohman, SIP, MSi) memprediksi bahawa ISIS akan mengubah gaya perlawanannya menggunakan perang gerilya.

Awas dan Waspada

Upaya pembebasan Mosul akan berlangsung lama, karena selain banyak kepentingan dibalik pasukan penyerang, ISIS tentunya tidak akan tinggal diam dibombardir. Mereka memiliki lapis pertahanan di segala sisi. Diantaranya: pertama, ISIS memasang perangkap dan ranjau di puluhan desa di sekeliling Mosul yang akan menghambat gerak maju kekuatan penyerang dan koalisi.

Kedua, ISIS berhasil memecah konsentrasi kekuatan koalisi dengan melakukan penyerangan ke kota Kirkuk di tenggara dan kota Rutba di selatan Mosul. hal ini membuat kekuatan koalisi terpaksa menarik sebagian pasukan dari pinggiran Mosul untuk menghadapi ISIS di Kirkuk dan Rutba. Ketiga, ISIS menerapkan taktik bumi hangus dengan membakar pabrik belerang dan instalasi minyak di selatan Mosul, yang mengganggu pernapasan dan pandangan kekuatan koalisi. Dan dikhawatirkan, ISIS nantinya juga akan menggunakan senjata kimia yang tentu saja akan menahan gerak maju kekuatan koalisi. Keempat, ISIS juga menggunakan penduduk sipil sebagai perisai. Ini akan membatasi keleluasaan serangan darat-udara pasukan penyerang dan koalisi terhadap titik-titik strategis di Mosul.

ISIS bukan teroris biasa seperti Al-Qaeda. Mereka adalah teroris yang meletakkan tawakkhusy (kekejian dan kebrutalan) di pusat ideologi mereka. Meraka bangga disebut melakukan tindakan tawakkhusy, bahkan itu menjadi salah satu merek yang membedakan mereka dari Tandzim Al-Qaeda, pendahulunya. (Ibnu Burdah, Kompas 27/10/16)

Kemunculan ISIS adalah misteri dan teka-teki. Meskipun kombatan ISIS di Mosul tidak sebanyak dan selengkap militer penyerang dan koalisi, antara 8-10 ribu pasukan melawan 40 ribu pasukan, mereka tak gentar dan tetap memiliki nyali dan nyala. Karena ancaman penjara dan nyawa tidak ada artinya. Maka tak ada laku etis, kecuali kita mawas diri dan waspada terhadapnya.
Share:

Copyright © LAJANG KEMBARA | Powered by Blogger
Design by SimpleWpThemes | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com