Sabtu, 15 April 2017

Che, dalam Kesaksian Kamerad Fidel Castro

Sumber Gambar: Dok. Pribadi
  

Judul Buku                 : Che, dalam Kenangan Fidel Castro Penulis/penerjemah    : Ruslani
Cetakan                      : I: Maret 2017
Penerbit                      : MATAANGIN
Tebal Halaman           : 364
Peresensi                    : Khairul Mufid Jr*


Hasta la Victoria siempre! (Maju terus menuju kemenangan!)
Patria o muerte!  (Tanah air atau mati!)

Kalimat di atas adalah kalimat magis dari sang revoluisioner Kuba, Ernesto Che Guevara. Che (nama akrabnya) berdarah Rosario, Argentina yang lahir pada 14 Juni 1928 ini adalah sosok pribadi tangguh. Selama 12 tahun dia mengabdikan sebagian hidupnya untuk sebuah revolusi di Kuba. Bersama Kamerad perang Fidel Castro, mereka berhasil menggulingkan pemerintah Fulgensio Batista (1 Januari 1959). Akhirnya Batista kabur, dan terciptalah Kuba yang baru dengan sistem pemerintahan yang lebih memperjuangkan kelompok minoritas.

Bulan Juli atau Agustus 1955, adalah pertama kalinya Fidel bertemu dengan Che pada malam hari yang indah. Mereka dipertemukan dalam ekspedisi Granma masa depan, meskipun pada saat itu ekspedisi sama sekali tidak memiliki kapal, senjata, maupun pasukan. Dalam pasukan ekspedisi itu ada nama Raul Castro (Presiden Kuba, sekaligus adik kandung Fidel) yang juga ikut andil.

Dalam kenangan Fidel, Che adalah seorang yang sangat dicintai dan disukai karena kesederhanaannya, karakternya, sikap apa adanya, sikap keramahan dan persahabatannya, kepribadiannya, kesejatiannya, dan kebijakannya yang unik adalah kompleksitas ketika memasuki karakter Che. Laiknya sebuah bangunan yang memiliki seribu pintu, Che adalah sosok yang multidimensional untuk dimasuki (hal. 133).

Sebelum menjadi pasukan militer, Che adalah seorang dokter dalam menjaga dan merawat para tentara yang sakit. Dalam suatu peristiwa, dia bukan seorang dokter seperti kejamakan, dia adalah pejuang luar biasa yang memiliki nilai humanistik tinggi. Lihat saja ketika dia merawat kamerad terluka, dan pada saat yang sama juga merawat pasukan musuh yang terluka.

Dalam pintu lain, Che adalah relawan yang banyak membikin decak kagum. Dia seorang pribadi dengan gagasan-gagasan yang mendalam, pribadi yang pikirannya mengendalikan mimpi perjuangan di belahan benua yang lain dan yang meiliki watak sangat altruistik, tidak egois, dan selalu bersedia melakukan hal-hal resiko mempertaruhkan nyawanya.

Masih dalam pandangan Fidel. Che adalah tentara yang tak terbandingkan, dialah pemimpin yang tiada tanding. Dari sudut pandang militer, Che adalah pribadi yang cakap luar biasa, berani luar biasa, dan memiliki watak pejuang yang luar biasa. Sebagai seorang gerilyawan sejati, ia diibaratkan memiliki panah Achilles, maka panah itu adalah kualitasnya yang sangat kombatif, semangatnya yang mutlak untuk menerjang bahaya (hal. 38).    

Namun jika kita ingat Che, ketika berpikir tentang Che, pada dasarnya kita tidak berpikir tentang keunggulan-keunggulan militernya. Tidak!. Perang adalah cara, bukan tujuan. Pertempuran adalah alat bagi kaum revolusioner. Hal yang penting adalah revolusi. Yang penting adalah semangat revolusioner gagasan-gagasan revolusioner, tujuan-tujuan revolusioner, sentimen-sentimen revolusioner, dan kebajika-kebajikan revolusioner.

Sebagai gerilyawan perang, darahnya menetes di tanah Kuba saat ia terluka dalam beberapa pertempuran, darahnya juga tumpah di Bolivia, Vietnam, dan Guatemala adalah representasi untuk generasi selanjutnya. Biar jasat lesat dari badan, tapi warisan revolusionernya akan tetap abadi dan hidup sejahtera.

15/0417

*Pertama kali dipublikasikan di Koran Jakarta, Rabu, 26 April 2017



Share:

Copyright © LAJANG KEMBARA | Powered by Blogger
Design by SimpleWpThemes | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com