Kamis, 27 April 2017

Ibuku, Bumiku, dan Bukuku

Sumber Gambar: portalsejarah.com

Bulan April adalah bulan keindahan dan kebahagian. Selain hari kartini tanggal 21 April, ada hari bumi sedunia di tanggal 22 April, dan disusul hari buku sedunia pada tanggal 23 April. Laksana trilogi novel dan tribunal bangsa untuk tetap merawat karya manusia secara mondial. Hari Kartini sebagai ikon kebangkitan dan pembebasan, hari bumi sebagai lakon mewarat ekologi bumi dan manusia, dan hari buku sebagai penyampul dan perekat keduanya.   

Hari Kartini diperingati dengan berbagai lakon nan simbolik, dalam rangka menghormati hari kelahiran Raden Adjeng Kartini sebagai pahlawan perempuan Indonesia. Kartini adalah teladan perempuan yang didaulat paling berjasa menjunjung tinggi hak-hak perempuan. Ia adalah ibu bangsa, ibu Emansipasi, dan ibu buku pantas dialamatkan padanya.

Kartini lahir pada kalender 21 April 1879, atau dalam almanak Jawa 28 Rabiulakhir 1808 di Jepara, Jawa Tengah. Berasal dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa, dan merupakan putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang patih yang diangkat menjadi bupati Jepara. Dan ibunya bernama M.A. Ngasirah seorang guru agama di Telukawur Jepara.

Sebagai anak ke-5 dari 11 bersaudara, Kartini bukanlah orang terdidik  secara formal, ia hanya enam tahun mengenyam pendidikan di ELS (Europese Lagere School), sekolah Belanda waktu itu. Padahal dalam sanubarinya membuncah mimpi untuk melanjutkan Sekolah Menengah Atas (Hogere Burger School) di  Surabaya Pusat. Nasib berkata lain, akhirnya mimpi itu kandas di tengah jalan karena ia dipingit tujuh tahun di Kadipaten. Meskipun pengalaman singkat singgah di bangku sekolah, memembuatnya bisa belajar Bahasa Belanda dan menulis surat untuk sahabat-sahabat korespondensi di Belanda (Netherlands).

Selain memperjuangkan emansipasi perempuan, Kartini juga layak dipanggil “Ibu Penulis”. Banyak karya-karya monumental lahir dari semangatnya dalam memberontak sosio-politik yang berkembang saat itu. Seperti; Het buwelijk bij de Kodjas (Upacara Perkawinan pada Suku Koja), De Batikkunst in Indie en baar Geschiedenis (Kesenian Batik Hindia Belanda dan Sejarahnya), dan yang paling kondang  Door Duisternis Tot Licht (Habis Kegelapan Menuju Cahaya) 1911, dibukukan oleh sahabat Kartini Mr. J.H. Abendanon. Kemudian Balai Pustaka menerbitkannya dengan bahasa Melayu (Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran) 1922. Dan pada tahun 1938 keluarlah Habis Gelap Terbitlah Terang versi Armijn Pane.

Surat-surat Kartini juga diterjemahkan oleh beberapa orang dari dalam dan luar negeri. Seperti Sulastin Sutrisno dengan tulisannya Surat-surat Kartini, Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya, gubahan Joost Cote Letters from Kartini, An Indonesian Feminis (1900-1904), atau apresiasi Pramoedya Ananta Toer atas pemikiran Kartini dari bukunya Panggil Aku Kartini Saja (1962).

“Kartini adalah Ibu Buku”. Kalimat ini sungguh kondang di telinga masyarakat, ia memang pembaca buku yang baik. Ia sosok yang betah berlama-lama menyuntuki huruf-perhuruf, kata-perkata, kalimat-perkalimat di dalam buku. Pengembaraan intelektualnya dimulai ketika ia banyak membaca koran dan majalah, Seperti koran De Locomotief  (Semarang), paket majalah Lesstrommel, koran terkenal Maatschappelijk werk in Indie, De Gids, dan majalah wanita Belanda De Hollandsche Leile. Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di De Hoolandsche Lelie.

Sebelum umur dua puluh tahun, Kartini telah melahap buku Max Havelaar dan Surat-surat Cinta karya Multatuli (1901), memamah buku De Stille Kraacht (kekuatan gaib) karya Louis Coperus, dan buku-buku bermutu tinggi karya Van Eeden, Augusta de Witt roman feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek, atau roman anti perang karangan Berta Von Suttner. Dari bacaan-bacaan itulah Kartini mengenal Revolusi Perancis, roman-roman Eropa, gerakan perempuan Eropa, hingga gegap-gempita sosial politik Eropa.

Melihat gelagat dan semangat Kartini, mengenalnya adalah sebuah keniscayaan. Ia tak hanya ibu emansipasi perempuan yang bergelung dan berkebaya, tapi juga ibu penulis dan ibu buku. Meminjam bahasa Muhidin M Dahlan, Kartini adalah ibu epistolari (ibu dalam tradisi bersurat) dan ibu penulis buku.

***

Syahdan, hari buku sedunia sebenarnya dahulu adalah perayaan Hari Saint George (pria memberikan mawar pada kekasihnya) di Katalonia, sejak abad pertengahan. Namun sejak tahun 1923, para pedagang buku memengaruhi tradisi ini untuk menghormati Miguel de Cervantes, seorang pengarang yang meninggal dunia pada 23 April. Maka perayaan di tanggal tersebut diganti dengan hari buku internasional. Hingga tahun 1925 para perempuan memberikan sebuah buku sebagai pengganti mawar yang diterimanya. Pada saat itu lebih dari 400.000 buku terjual dan ditukarkan dengan 4 juta mawar.

Iktikad baik itu ditanggapi serius orang Badan PBB untuk pendidikan. Pada tahun 1995, Konferensi Umum UNESCO di Paris, memutuskan tanggal 23 April sebagai World Book Day and Copyright Day (Hari Buku dan Hak Cipta Internasional). Berdasarkan eksistensi festival Katalonia serta pada tanggal 23 April tersebut: Shakespeare, Caervantes, Inca Garcilaso de la Vega dan Josep Pla meninggal dunia. Sedangkan Maurice Druon, Vladimir Nabokov, Manuel Mejia Vallejo and Halldor Laxness dilahirkan. Kelahiran dan kematian tokoh tersebut dipilih untuk jadi ikon resmi hari buku.  

Dalam nuansa debar dan peristiwa nostalgik ini—dalam diri Kartini dan penulis Miguel de Cervantes—kedua momentum ini laksana dua sisi mata uang, sama sisi saling mengisi dan berkontribusi. Hari kartini dan hari buku adalah sebuah entitas berbeda dan memiliki kemanunggalan cita-cita yang sama. Semangat kartini untuk membaca dan menulis inilah yang juga diharapkan menjangkiti penikmat buku secara nasional dan secara global. Kampanye buku dan membangun gerakan literasi begitu pas ketika mengkaji kedua perlehatan akbar tersebut. “April adalah bulan buku”, mungkin tema ini cocok untuk langkah awal yang bisa kita galakkan. 

26/04/17



Share:

Copyright © LAJANG KEMBARA | Powered by Blogger
Design by SimpleWpThemes | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com