Judul : Di
Balik Pesona dan Sisi Kelam Majapahit (Sebuah Catatan Sejarah yang Tercecer dan disembunyikan)
Penulis : Krisna
Bayu Adji
Penerbit
: Araska
Cetakan : 1, Maret
2016
Tebal : 13x20,5, 256 Halaman
ISBN : 978-602-300-243-6
Peresensi : Khairul Mufid Jr*
Buku ini secara jamak menceritakan
tentang pesona dan sisi kelam Kerajaan Majapahit di abat ke 12 hingga 15 M. Salah
satu kerajaan tersohor di Tanah Jawa, Majapahit didirikan oleh Dyah Wijaya di
wilayah Hutan Tarik pada 1293 M. Kerajaan yang lahir di kota Tlatah Mojokerto
Jawa Timur ini memiliki usia yang cukup tua, sekira 234 tahun antara tahun
1293-1527 M. Dipimpin oleh dua belas raja, 10 laki-laki dan 2 perempuan.
Berbicara tentang sejarah Kerajaan
Majapahit, pasti tidak bisa dilepaskan dari beberapa kronik yang layak dicatat
dalam sejarah. Yakni Pertama, Tentang
lamanya raja-raja Majapahit memerintah dari tahun 1293 sampai 1527 M, serta
kejayaan Majapahit yang ditandai dengan gagasan dan realisasi penyatuan wilayah
Nusantara dalam bingkai spirit Sumpah Palapa Gajah Mada pada pemerintahan
Tribhuwana Wijayatunggadewi, hingga berlanjut pada pemerintahan Hayam Wuruk (Maharaja
Sri Rajasanagara atau Ayam Terpelajar). (Hal.
26)
Majapahit mencapai puncaknya pada
masa kepemimpinan Hayam Wuruk. Dengan bantuan Mahapatih Gajah Mada Majapahit
menguasai lebih banyak wilayah, Majapahit melancarkan serangan laut ke
Palembang yang menyebabkan runtuhnya Kerajaan Sriwijaya, dan menaklukkan Kerajaan Minangkabau. Menurut
kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit hingga meliputi
Sumatera, Semenangjung
Malaya, Borneo, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku Papua, dan sebagian
kepulauan Filipina. Majapahit juga memiliki hubungan harmonis dengan Campa
Kamboja Siam Birma bagian selatan Vietnam, bahkan pernah mengirim duta-duta ke
Tiongkok.
Kedua, Krisna Bayu Adji (penulis) juga mengulas di awal buku
ini, tentang masa keemasan Majapahit yang ditandai dengan penempatan peran
wanita setara dengan kaum pria. Fakta yang menunjukkan bahwa Majapahit telah
menjunjung tinggi spirit emansipasi wanita ini adalah dengan tampilnya
Tribhuwana Wijayatunggadewi sebagai raja Majapahit III (1328-1350 M) dan Sri
Suhita sebagai raja Majapahit IV (1429-1447 M).
Ketiga,
tentang masa surut dan
kelam Majapahit yang diwarnai dengan munculnya perang, kudeta, dan bencana alam
yang lambat laut meluluhlantakkan Kerajaan Majapahit semenjak masa pemerintahan
Hayam Wuruk hingga pemerintahan Girindrawardhana Dyah Ranawijaya.
Fenomena kegemilangan Majapahit
laksana gunung es, sesudah mencapai puncak pada abad ke-14 kekuasaan Majapahit
berangsur-angsur meleleh dan memudar. Semenjak Perang Bubat antara Kerajaan
Galuh dan Majapahit, kekuasaan Hayam Wuruk itu mulai memudar. Terlebih saat
lengsernya Patih Amangkubumi Gajah Mada dari istana, serta terjadinya perang
saudara antara Wikramawardhana (Istana Majapahit barat) dengan Bhre Wirabhumi
(Istana Majapahit timur) pada tahun 1404. Atau dikenal dengan perang Paregreg. (Hal.35)
Gejolak perang saudara tersebut
ternyata tidak hanya menimbulkan kerugian harta, benda, dan nyawa; tapi juga membawa
kerugian yang sangat luar biasa dengan lepasnya beberapa wilayah di luar Jawa
satu persatu.
Selain perang Paregreg, berbagai
bencana tampaknya menjadi fenomena atas kemunduran Majapahit. Bukan hanya
bencana kelaparan (1426 M) yang mengakibatkan banyak orang meninggal, tapi juga
bencana gempa bumi dan gunung meletus pada pemerintahan Dyah Kertawijaya
(1447-1451 M). Itupun diperparah dengan peristiwa pembunuhan penduduk Tidung
Gelating oleh Bhre Paguhan (putra Bhre Tumapel).
Pada akhir abad ke-14 dan awal abad
ke-15 pengaruh Majapahit di seluruh nusantara mulai berkuarang. Pada saat
bersamaan sebuah kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan agama Islam yaitu
kesulatanan Malaka mulai muncul di bagian barat Nusantara. Catatan sejarah dari
Tiongkok Portugis (Tome Pires) dan Italia (Pigafetta) mengindikasikan bahwa
telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan penguasa Hindu ke
tangan Adipati Unus penguasa dari kesultanan Demak antara tahun 1518 dan 1521
M.
Eksistensi Majapahit sebagai barometer
kerajaan di Pulau Jawa itu pun berakhir, manakala kekuasaan Dyah Ranawijaya
dihancurkan oleh pasukan Jin Bun dari kesultanan Demak pada tahun 1527 M. Pada
saat itulah kemudian muncul kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa yang berpusat
di Demak dengan Raja Sultan Jin Bun (Senapati Jimbun Ningrat Ngabdurahman
Panembahan Palembang Sayidin Panatagama).
Di bab terakhir buku ini, juga
dilengkapi lampiran lengkap Kakawin Nagarakretagama (negara dengan tradisi atau
agama yang suci). Selesai digubah oleh Mpu Prapanca yang diduga bernama asli
Dang Acarya Nadendra pada bulan Aswina tahun Saka 1287 (September-Oktober 1365
M). berikut salah satu contoh kakawin tersebut; “Om Awignam Astu Namas Sidam” sebuah hasil karya sastra yang
diciptakan semasa pemerintahan Hayam Wuruk.
Melalui buku ini kita bisa menguliti
satu persatu borok-borok di balik pesona Majapahit, buku ini juga disajikan
dengan bahasa runtut, renyah, dan memikat hati. Kita akan mendapatkan
pengetahuan lengkap tentang Kerajaan Majapahit yang diagungkan dalam sejarah,
namun tak luput dari segudang cela dan noda. Akhirnya Selamat Membaca!
0 komentar:
Posting Komentar