Rabu, 13 Juli 2016

Diskursus Raja-Raja Nusantara




Judul Buku   : Karomah dan Hikmah Raja-Raja Nusantara
Penulis          : Muhammad Muhibbuddin
Cetakan         : 01/ Juli 2014
Penerbit        : Araska
Tebal              : 288 Halaman
ISBN               : 978-602-300-013-5
Peresensi       : Khairul Mufid Jr*


            Pastinya, orang-orang tidak lagi asing dengan ramalan Jayabaya, yang meramalkan tentang para pemimpin Negara Indonesia. Sebenarnya ramalan Jayabaya itu merupakan suatu bentuk kearifan (lokal) yang mengandung filosofi dan hikmah yang berasal dari salah satu raja di Nusantara, yakni Raja Jayabaya dari Kediri Jawa Timur.



            Atau “patriotisme” yang didengungkan Raja Sultan Agung, siapa yang tidak ingat dan mengenalnya.Beliau yang melakukan penyerangan ke Batavia untuk melawan VOC (konsorsium dagang Belanda). Ihwal inilah sebagai bentuk keprihatinan dan kebencian beliau terhadap penjajah asing (Belanda), yang menguasai aset-aset ekonomi warga pribumi dan mengakarnya perbudakan. Sehingga sampai saat ini semangat juang Sultan Agung begitu kental utamanya kepada para pejuang kemerdekaan Indonesia. Inilah yang patut kita contoh dan acungi jempol. (hlm. 255).

            Kemudian siapa yang tidak mengetahui “kebijakan politik dan pemerintahan” yang di gawangi oleh Raja Kertanegara, beliau mempunyai kebijakan politik dan pemerintahan dalam negeri dan luar negeri yang sistematis, jago dipolmasi dan hubungan internasional, dan menjadi raja pertama yang mengalihkan wawasannya ke luar Jawa (1275). Sehingga membuat nama dan kekuasaannya gampang dikenal dan meluas, tak ayal kalau Kerajaan Singasari  menjadi kerajaan maju dan besar.

            Kearifan dan kecendikiawanan semacam itu juga dimiliki oleh beberapa raja terkenal  yang memberi pengaruh besar pada Nusantara; seperti sekaliber Raja Mulawarman, Raja Balaputradewa, Raja Empu Sendok, Raja Kertanegara, Raja Airlangga, Raja Jayabaya, Prabu Hayam Wuruk, Jaka Tingkir, Sultan Agung, sampai pada Raden Patah. Semuanya memiliki karomah, hikmah, dan kearifan lokal sehingga  bisa bermanfaat pada masyarakatnya (dulu), atau sebagai uswah/teladan pada kehidupan kita (sekarang).

            Dalam historisitas panjang Nusantara, ada banyak fenomena dan keragaman sistem dari kerajaan-kerajaan besar Nusantara. Kerajaan besar seperti; Kerajaan Kutai (Kalimantan Timur 400 M), Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Mataram Kuno, Majapahit (Jawa Timur) sampai Kerajaan Mataram Islam (Yogyakarta). Semuanya memilliki ke-khasan masing-masing, Dan telah melahirkan pemimpin-pemimpin (raja) hebat yang menjadi penutan rakyat.

            Tapi yang perlu diingat, para raja-raja Nusantara menjadi besar bukan karena luasnya wilayah yang ditaklukkan, melainkan ajaran-ajaran budi pekerti, kearifan, dan uswah (teladan) yang begitu agung yang dimilikinya. Nama-nama hebat sekelas Raja Airlangga, Sultan Agung, dan Raden Patah merupakan potret pemimpin yang memiliki kesadaran intelektual, kemapanan ilmu politik dan prinsip kepemimpinan yang matang. Kearifan raja-raja yang tertuang dalam buku ini, tidak hanya berupa petuah melainkan juga berupa tindakan, kebijakan, perenungan dan sebuah karya seni.

Kearifan raja-raja itu tidak hanya berupa petuah atau kata-kata mutiara, melainkan bisa berupa tindakan, kebijakan, perenungan, tulisan, karya dan apa saja yang mengandung nilai-nilai kearifan sang raja. Kerifan itu perlu digali dan diambil saripati maknanya, karena beberapa di antaranya masih relevan untuk dikontekstualisasikan di era sekarang, apalagi ditengah gempuran arus budaya global yang cenderung mengggilas identitas dan jati diri kita sebagai bangsa.

            Raja-raja tersebut tidak hanya menjadi kajian sejarah semata, namun menjadi diskursus dan jembatan kehidupan masyarakat Nusantara, sehingga raja-raja menjadi komandu pertama dan nakhoda dalam kemajuan Nusantara. Misanya ketika perebutan wilayah/kekuasaan antara kerajaan, atau kemerdekaan diri dari penjajah (kolonialisme Belanda dan sekutu).

Namun dari sekelumit tindak tanduk raja-raja Nusantara, dalam kajian mengenai kearifan raja-raja ini seringkali luput dari tinjauan para sejarawan. Tak pelak, sangat sedikit kemudian pemahaman mengenai corak kepemimpinan Nusantara yang bisa terlacak. Karena itulah melalui buku ini, konsep kearifan para raja Nusantara mendesak dan sepatutnya untuk digali.

Sebab Nusantara, merupakan bangsa yang memiliki falsafah dan corak kepemimpinan yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain. maka melalui buku ini pulalah penulis (Muhammad Muhibbuddin) mencoba mewacanakan kembali bahwa Nusantara sesungguhnya sedang darurat “jati diri”.

Buku setebal 288 halaman ini, mencoba mewacanakan dan menggambarkan kedirian raja-raja besar Nusantara, sejarah perjuangan dan capaian ketika memerintah kerajaan, dan jejak  hikmah dari raja-raja Nusantara secara singkat dan padat, buku ini juga menggunakan bahasa yang gampang dicerna, penyajian data yang komprehensif. Maka akhirnya selamat membaca!

HI-UMY, 2014
Share:

0 komentar:

Copyright © LAJANG KEMBARA | Powered by Blogger
Design by SimpleWpThemes | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com