Judul
Buku : Karomah dan Hikmah Raja-Raja
Nusantara
Penulis
: Muhammad Muhibbuddin
Cetakan
: 01/ Juli 2014
Penerbit
: Araska
Tebal : 288 Halaman
ISBN : 978-602-300-013-5
Peresensi
: Khairul Mufid Jr*
Pastinya, orang-orang tidak lagi
asing dengan ramalan Jayabaya, yang meramalkan tentang para pemimpin Negara
Indonesia. Sebenarnya ramalan Jayabaya itu merupakan suatu bentuk kearifan
(lokal) yang mengandung filosofi dan hikmah yang berasal dari salah satu raja
di Nusantara, yakni Raja Jayabaya dari Kediri Jawa Timur.
Atau “patriotisme” yang didengungkan
Raja Sultan Agung, siapa yang tidak ingat dan mengenalnya.Beliau yang melakukan
penyerangan ke Batavia untuk melawan VOC (konsorsium dagang Belanda). Ihwal
inilah sebagai bentuk keprihatinan dan kebencian beliau terhadap penjajah asing
(Belanda), yang menguasai aset-aset ekonomi warga pribumi dan mengakarnya perbudakan.
Sehingga sampai saat ini semangat juang Sultan Agung begitu kental utamanya
kepada para pejuang kemerdekaan Indonesia. Inilah yang patut kita contoh dan acungi
jempol. (hlm. 255).
Kemudian siapa yang tidak mengetahui
“kebijakan politik dan pemerintahan” yang di gawangi oleh Raja Kertanegara,
beliau mempunyai kebijakan politik dan pemerintahan dalam negeri dan luar
negeri yang sistematis, jago dipolmasi dan hubungan internasional, dan menjadi
raja pertama yang mengalihkan wawasannya ke luar Jawa (1275). Sehingga membuat nama
dan kekuasaannya gampang dikenal dan meluas, tak ayal kalau Kerajaan
Singasari menjadi kerajaan maju dan
besar.
Kearifan dan kecendikiawanan semacam
itu juga dimiliki oleh beberapa raja terkenal yang memberi pengaruh besar pada Nusantara;
seperti sekaliber Raja Mulawarman, Raja Balaputradewa, Raja Empu Sendok, Raja
Kertanegara, Raja Airlangga, Raja Jayabaya, Prabu Hayam Wuruk, Jaka Tingkir,
Sultan Agung, sampai pada Raden Patah. Semuanya memiliki karomah, hikmah, dan
kearifan lokal sehingga bisa bermanfaat
pada masyarakatnya (dulu), atau sebagai uswah/teladan pada kehidupan kita
(sekarang).
Dalam historisitas panjang Nusantara,
ada banyak fenomena dan keragaman sistem dari kerajaan-kerajaan besar Nusantara.
Kerajaan besar seperti; Kerajaan Kutai (Kalimantan Timur 400 M), Kerajaan
Sriwijaya, Kerajaan Mataram Kuno, Majapahit (Jawa Timur) sampai Kerajaan
Mataram Islam (Yogyakarta). Semuanya memilliki ke-khasan masing-masing, Dan telah
melahirkan pemimpin-pemimpin (raja) hebat yang menjadi penutan rakyat.
Tapi yang perlu diingat, para raja-raja
Nusantara menjadi besar bukan karena luasnya wilayah yang ditaklukkan,
melainkan ajaran-ajaran budi pekerti, kearifan, dan uswah (teladan) yang begitu
agung yang dimilikinya. Nama-nama hebat sekelas Raja Airlangga, Sultan Agung,
dan Raden Patah merupakan potret pemimpin yang memiliki kesadaran intelektual,
kemapanan ilmu politik dan prinsip kepemimpinan yang matang. Kearifan raja-raja
yang tertuang dalam buku ini, tidak hanya berupa petuah melainkan juga berupa
tindakan, kebijakan, perenungan dan sebuah karya seni.
Kearifan raja-raja itu tidak hanya berupa petuah atau
kata-kata mutiara, melainkan bisa berupa tindakan, kebijakan, perenungan,
tulisan, karya dan apa saja yang mengandung nilai-nilai kearifan sang raja.
Kerifan itu perlu digali dan diambil saripati maknanya, karena beberapa di
antaranya masih relevan untuk dikontekstualisasikan di era sekarang, apalagi
ditengah gempuran arus budaya global yang cenderung mengggilas identitas dan
jati diri kita sebagai bangsa.
Raja-raja tersebut tidak hanya
menjadi kajian sejarah semata, namun menjadi diskursus dan jembatan kehidupan
masyarakat Nusantara, sehingga raja-raja menjadi komandu pertama dan nakhoda
dalam kemajuan Nusantara. Misanya ketika perebutan wilayah/kekuasaan antara
kerajaan, atau kemerdekaan diri dari penjajah (kolonialisme Belanda dan sekutu).
Namun dari sekelumit tindak tanduk raja-raja Nusantara,
dalam kajian mengenai kearifan raja-raja ini seringkali luput dari tinjauan
para sejarawan. Tak pelak, sangat sedikit kemudian pemahaman mengenai corak
kepemimpinan Nusantara yang bisa terlacak. Karena itulah melalui buku ini,
konsep kearifan para raja Nusantara mendesak dan sepatutnya untuk digali.
Sebab Nusantara, merupakan bangsa yang memiliki falsafah dan
corak kepemimpinan yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain. maka melalui buku
ini pulalah penulis (Muhammad Muhibbuddin) mencoba mewacanakan kembali bahwa
Nusantara sesungguhnya sedang darurat “jati diri”.
Buku setebal 288 halaman ini, mencoba mewacanakan dan
menggambarkan kedirian raja-raja besar Nusantara, sejarah perjuangan dan
capaian ketika memerintah kerajaan, dan jejak hikmah dari raja-raja Nusantara secara singkat
dan padat, buku ini juga menggunakan bahasa yang gampang dicerna, penyajian
data yang komprehensif. Maka akhirnya selamat membaca!
HI-UMY,
2014
0 komentar:
Posting Komentar