Rabu, 20 Juli 2016

Prostitusi Online



“Usiaku masih masih 17 tahun, duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) swasta, kelas X (sepuluh), aku suka pelajaran bahasa Indonesia, sosiologi,  dan biologi, banyak yang heran karena kebiasaanku membaca komik dan cerita-cerita anak, jadinya aku suka berkhayal dan menulis cerita keseharianku sendiri. Selain itu aku dikenal sipil sebagai pribadi pendiam dan tak suka bergaul, ketika teman sejajarku asyik bermain, jalan-jalan, dan shopping, aku hanya di rumah membaca cerita dan menulis catatan kecil, tak khayal kalau aku di sangka gadis psikopat dan absurd.”

Ulasan kata yang lewat tadi adalah biografi buku catatan Amil, gadis remaja pendiam yang suka tamasya ke alam khayal, di muka cover buku itu tertencap terang sebuah tulisan “Lukisan Wajahku” tulisan yang menjadi kepala buku dan wakil keseluruhan isinya. di bagian selanjutnya tertera daftar isi cerita-cerita Amil, ada sembilan puluh sembilan judul, dan tiga ratus halaman, Amil menulisnya sejak kelas 1 (satu) SMP sampai sekarang. Dan dibagian akhir buku itu berisi biografi singkat Amil.

Barangkali kalau buku “Lukisan Wajahku” itu tidak terselip di jendela kamar kecil rumahnya, Sri (ibunda Amil) pasti tidak akan tahu cerita privat anaknya, dan kisah keseharian anaknya. awalnya Sri tidak langsung angkuh membuka buku itu, tapi ketika kesetrum judul buku yang menyengat-nyengat, ia membuka setiap halaman-perhalaman buku itu secara seksama, hingga tanpa disengaja ia sampai di halaman 267, ia memergoki tulisan dengan kata –Tamasya dalam Dunia Prostitusi Online-, sontak ia tambah terperanjat dan memelototi setiap huruf, kata, dan kalimat secara cermat dan hati-hati.

***

“Inilah kisahku, inilah kisah muskil, kisah yang musti aku tulis, walau semurninya aku tak cukup berani, tak cukup jemawa, dan tak cukup tinggi hati, tapi aku memang harus mengisahkannya.” Bahasa pembuka yang sangat renyah, hingga membuat Sri terus menilik tulisan-tulisan berikutnya.

“Dimulai ketika aku tengah tercekik sebuah kasih sayang, kasih sayang teman dan keluarga yang berantakan,  aku menatap nasib menjadi perempuan tanpa rekan di muka bumi, tak ada hal menyenangkan, tak ada yang bisa membahagiakanku.  Malam itu ketika jarum jam menunjuk angka 12:30, aku khusuk menatap ponsel pintarku, kemudian kubuka akun pribadi facebook-ku, sekejap saja, kemudian ada  orang yang meminta pertemanan, dengan refleks aku tak ambil pusing, dan mengkonfirmasinya, karena aku termasuk orang dermawan dalam berteman, tapi kikir dalam membagi cinta, hehe!!!,  tapi aku lebih suka berteman di dunia maya, dibandingkan dengan dunia nyata. Kemudian orang itu meng-inbox pesan yang isinya begitu misterius;
“Terima kasih konfirmasinya Amil”
Aku balas saja datar “sama-sama Andika”  kebetulan namanya Andika.
“Ehh, kamu kelas berapa?” tanyanya kemudian.
“Aku kelas X (sepuluh) SMA Andika.”
“Ooo,, aku malah kakak kelasmu Mil, satu tingkat di atasmu, ngomong-ngomong dimana tinggalmu Mil?” 
“Aku tinggal di Jl. Panggulan km 7 Pakamban”.
“Hhmmn,, Oiya terima kasih Amil atas semuanya” kemudian Andika mengakhiri percakapan khayal itu.
“Sama-sama Andika”. Balasku.

“Kemudian esoknya Andika mengirim pesan lagi, yang isinya tambah mengulitiku, ia tambah berani, dan bertaya tentang kisah hidupku dan latar belakang keluargaku. Aku biasa saja menyikapinya dan tak segan menceritakan semuanya, mulai dari tetek-bengek keluargaku hingga masalah privat sekalipun. Karena aku lebih suka terbuka di dunia khayal atau dunia maya, dan lebih terbuka untuk orang yang satu ini. Aku merasa nyaman dan srek sekali dengannya. Hingga pada akhirnya;
“Kak, aku lagi mabuk nih” aku meng-inbox Andika, mesra.
“Mabuk kenapa Mil?” Andika mengejar pembicaraan.
“Tahu juga ni Kak, tapi, yang paling membikin aku seperti ini, karena orang tuaku, mereka saat ini sudah berpisah, berantakan, retak, akupun juga tidak tahu apa yang melatarinya. Tapi yang sempat aku tahu, orang tuaku selalu berperang dan cekcok setiap saat. Padahal aku masih sangat menyayangi mereka Kak. Jauh sebelum keretakan itu mungkin aku sudah tak ada dalam hati mereka Kak, aku tidak pernah mendapat kasih sayang penuh dari mereka, mereka sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, ibundaku sibuk dengan butiknya, dan ayahku sibuk dengan kantor. Aku pun berangkat ke sekolah sendiri, belajar sendiri, dan semua aku lakukan sendiri,  hidupku juga terasa sendiri.”

Sejenak Sri menghela nafas, dan tubuhnya gemetar, sampai di tulisan ini Sri merasa sangat berdosa, berdosa sekali, karena membaca tulisan dan perasaan anaknya, ia sadar kalau putrinya itu telah dinomor-seratus-kan oleh pekerjaan-pekerjaan anehnya itu. Dengan tertatih Sri melanjutkan pembacaannya.

“Terus orang tuamu sudah lama retaknya Mil”  tambah Andika selidik.
“Baru satu bulan ini Kak, dan ayahku tak tahu sudah terbang kemana, aku sekarang bersama ibunda. Dan dalam penyakitnya terdahulu, ibundaku tetap sibuk dengan pekerjaan dan lain hal.”
“Huuucchh,,,!!” sekarang aku butuh kehidupan baru Kak, hal baru yang bisa membuatku senang, happy, dan hidup bebas sebebas-bebasnya di luar kebiasaan yang biasanya.”
“Apa yaa Mil??” balas Andika bingung mangut.
“Ayolah Kak, bantu aku.”

“Hingga waktu terasa kehabisan baterai untuk merangkak, dan inbox pesan yang jumbung karena banyaknya pesanku dan Kak Andika, kami saling serang menyerang pesan.”

Akhirnya.”

“Gini aja Mil, demi keinginan dan kebahagiaanmu itu, Coba saja kamu jajakan keperawananmu di jejaring sosial facebook, kamu tinggal memposting nama, spesifikasi berupa berat dan tinggi badan, namun jangan kau cantumkan foto agar tidak terendus polisi. Selanjutnya para lelaki hidung belang atau mata keranjang langgananmu itu, akan langsung memesanmu melalui inbox di facebook. Dan para pengguna tinggal memastikan waktu dan tempat serta meninggalkan nomor telepon yang bisa dihubungi, kamu juga jangan ragu-ragu pasang harga selangit, dan jangan segan jika ada yang macem-macem denganmu, dan layani lelaki hidung belang itu yang usianya di bawah 30 tahun, dan aturan lainnya kamu kencannya di hotel.  Gimana Mil?.”
Amil tampak tertarik dan pikirnya ini seru dan baru untuk hidupnya.
“iya aku setuju Kak” Amil langsung mengamini tawaran Andika.

“Selanjutnya aku jalani kehidupan baruku, nan indah dan sangat menyenangkan itu, aku merasa begitu percaya diri untuk hidup, dan terus menikmati usia mudaku, aku sekarang bisa mendapat rupiah dari kerjaku sendiri, tidak minta pada ibunda dan ayahku yang terlalu prematur untuk berpisah itu.
Lambat laun aku mendapat orderan tambah banyak, banyak pecandu kelamin yang menjamahku, ada petinggi Negara, guru dan siswa sepertiku. Tapi aku sangat senang dan bangga dengan semua ini.

Amil.


Kutub, 20 Mei 2014
 
Share:

0 komentar:

Copyright © LAJANG KEMBARA | Powered by Blogger
Design by SimpleWpThemes | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com