“Usiaku masih masih 17 tahun, duduk di bangku Sekolah
Menengah Atas (SMA) swasta, kelas X (sepuluh), aku suka pelajaran bahasa
Indonesia, sosiologi, dan biologi, banyak
yang heran karena kebiasaanku membaca komik dan cerita-cerita anak, jadinya aku
suka berkhayal dan menulis cerita keseharianku sendiri. Selain itu aku dikenal sipil
sebagai pribadi pendiam dan tak suka bergaul, ketika teman sejajarku asyik
bermain, jalan-jalan, dan shopping, aku
hanya di rumah membaca cerita dan menulis catatan kecil, tak khayal kalau aku
di sangka gadis psikopat dan absurd.”
Ulasan kata yang lewat tadi adalah biografi buku
catatan Amil, gadis remaja pendiam yang suka tamasya ke alam khayal, di muka cover buku itu tertencap terang sebuah tulisan
“Lukisan Wajahku” tulisan yang menjadi kepala buku dan wakil keseluruhan isinya.
di bagian selanjutnya tertera daftar isi cerita-cerita Amil, ada sembilan puluh
sembilan judul, dan tiga ratus halaman, Amil menulisnya sejak kelas 1 (satu)
SMP sampai sekarang. Dan dibagian akhir buku itu berisi biografi singkat Amil.
Barangkali kalau buku “Lukisan Wajahku” itu tidak terselip
di jendela kamar kecil rumahnya, Sri (ibunda Amil) pasti tidak akan tahu cerita
privat anaknya, dan kisah keseharian anaknya. awalnya Sri tidak langsung angkuh
membuka buku itu, tapi ketika kesetrum judul buku yang menyengat-nyengat, ia
membuka setiap halaman-perhalaman buku itu secara seksama, hingga tanpa disengaja
ia sampai di halaman 267, ia memergoki tulisan dengan kata –Tamasya dalam Dunia
Prostitusi Online-, sontak ia tambah
terperanjat dan memelototi setiap huruf, kata, dan kalimat secara cermat dan
hati-hati.
***
“Inilah kisahku, inilah kisah muskil, kisah yang musti
aku tulis, walau semurninya aku tak cukup berani, tak cukup jemawa, dan tak
cukup tinggi hati, tapi aku memang harus mengisahkannya.” Bahasa pembuka yang
sangat renyah, hingga membuat Sri terus menilik tulisan-tulisan berikutnya.
“Dimulai ketika aku tengah tercekik sebuah kasih
sayang, kasih sayang teman dan keluarga yang berantakan, aku menatap nasib menjadi perempuan tanpa
rekan di muka bumi, tak ada hal menyenangkan, tak ada yang bisa
membahagiakanku. Malam itu ketika jarum
jam menunjuk angka 12:30, aku khusuk menatap ponsel pintarku, kemudian kubuka akun pribadi facebook-ku, sekejap saja,
kemudian ada orang yang meminta
pertemanan, dengan refleks aku tak ambil pusing, dan mengkonfirmasinya, karena
aku termasuk orang dermawan dalam berteman, tapi kikir dalam membagi cinta,
hehe!!!, tapi aku lebih suka berteman di
dunia maya, dibandingkan dengan dunia nyata. Kemudian orang itu meng-inbox pesan yang isinya begitu misterius;
“Terima kasih konfirmasinya Amil”
Aku balas saja datar “sama-sama Andika” kebetulan namanya Andika.
“Ehh, kamu kelas berapa?” tanyanya kemudian.
“Aku kelas X (sepuluh) SMA Andika.”
“Ooo,, aku malah kakak kelasmu Mil, satu tingkat di
atasmu, ngomong-ngomong dimana tinggalmu Mil?”
“Aku tinggal di Jl. Panggulan km 7 Pakamban”.
“Hhmmn,, Oiya terima kasih Amil atas semuanya”
kemudian Andika mengakhiri percakapan khayal itu.
“Sama-sama Andika”. Balasku.
“Kemudian esoknya Andika mengirim pesan lagi, yang
isinya tambah mengulitiku, ia tambah berani, dan bertaya tentang kisah hidupku
dan latar belakang keluargaku. Aku biasa saja menyikapinya dan tak segan menceritakan
semuanya, mulai dari tetek-bengek keluargaku hingga masalah privat sekalipun. Karena
aku lebih suka terbuka di dunia khayal atau dunia maya, dan lebih terbuka untuk
orang yang satu ini. Aku merasa nyaman dan
srek sekali dengannya. Hingga pada akhirnya;
“Kak, aku lagi mabuk nih” aku meng-inbox Andika, mesra.
“Mabuk kenapa Mil?” Andika mengejar pembicaraan.
“Tahu juga ni Kak, tapi, yang paling membikin aku
seperti ini, karena orang tuaku, mereka saat ini sudah berpisah, berantakan, retak,
akupun juga tidak tahu apa yang melatarinya. Tapi yang sempat aku tahu, orang
tuaku selalu berperang dan cekcok setiap saat. Padahal aku masih sangat menyayangi
mereka Kak. Jauh sebelum keretakan itu mungkin aku sudah tak ada dalam hati
mereka Kak, aku tidak pernah mendapat kasih sayang penuh dari mereka, mereka
sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, ibundaku sibuk dengan butiknya, dan
ayahku sibuk dengan kantor. Aku pun berangkat ke sekolah sendiri, belajar
sendiri, dan semua aku lakukan sendiri, hidupku
juga terasa sendiri.”
Sejenak Sri menghela nafas, dan tubuhnya gemetar,
sampai di tulisan ini Sri merasa sangat berdosa, berdosa sekali, karena membaca
tulisan dan perasaan anaknya, ia sadar kalau putrinya itu telah
dinomor-seratus-kan oleh pekerjaan-pekerjaan anehnya itu. Dengan tertatih Sri
melanjutkan pembacaannya.
“Terus orang tuamu sudah lama retaknya Mil” tambah Andika selidik.
“Baru satu bulan ini Kak, dan ayahku tak tahu sudah terbang
kemana, aku sekarang bersama ibunda. Dan dalam penyakitnya terdahulu, ibundaku
tetap sibuk dengan pekerjaan dan lain hal.”
“Huuucchh,,,!!” sekarang aku butuh kehidupan baru Kak,
hal baru yang bisa membuatku senang, happy,
dan hidup bebas sebebas-bebasnya di luar kebiasaan yang biasanya.”
“Apa yaa Mil??” balas Andika bingung mangut.
“Ayolah Kak, bantu aku.”
“Hingga waktu terasa kehabisan baterai untuk merangkak,
dan inbox pesan yang jumbung karena
banyaknya pesanku dan Kak Andika, kami saling serang menyerang pesan.”
Akhirnya.”
“Gini aja Mil, demi keinginan dan kebahagiaanmu itu, Coba
saja kamu jajakan keperawananmu di jejaring sosial facebook, kamu tinggal memposting nama, spesifikasi berupa berat
dan tinggi badan, namun jangan kau cantumkan foto agar tidak terendus polisi.
Selanjutnya para lelaki hidung belang atau mata keranjang langgananmu itu, akan
langsung memesanmu melalui inbox di facebook. Dan para pengguna tinggal
memastikan waktu dan tempat serta meninggalkan nomor telepon yang bisa
dihubungi, kamu juga jangan ragu-ragu pasang harga selangit, dan jangan segan
jika ada yang macem-macem denganmu, dan layani lelaki hidung belang itu yang
usianya di bawah 30 tahun, dan aturan lainnya kamu kencannya di hotel. Gimana Mil?.”
Amil tampak tertarik dan pikirnya ini seru dan baru
untuk hidupnya.
“iya aku setuju Kak” Amil langsung mengamini tawaran
Andika.
“Selanjutnya aku jalani kehidupan baruku, nan indah
dan sangat menyenangkan itu, aku merasa begitu percaya diri untuk hidup, dan
terus menikmati usia mudaku, aku sekarang bisa mendapat rupiah dari kerjaku
sendiri, tidak minta pada ibunda dan ayahku yang terlalu prematur untuk
berpisah itu.
Lambat laun aku mendapat orderan tambah banyak, banyak
pecandu kelamin yang menjamahku, ada petinggi Negara, guru dan siswa sepertiku.
Tapi aku sangat senang dan bangga dengan semua ini.
Amil.
Kutub, 20
Mei 2014
0 komentar:
Posting Komentar