Rabu, 13 Juli 2016

Nobel untuk Sang Perawat Memori



Masyarakat sastra dunia dikejutkan dengan terpilihnya Patrick Modiano sebagai pemenang anugerah Nobel sastra 2014, penghargaan tertinggi dunia kesusastraan. Bagaimana tidak, Penulis Perancis kelahiran 30 Juli itu rupanya menyisihkan pesaing-pesaing beratnya seperti novelis Jepang (Haruki Murakami), atau penulis serba bisa Ngugi wa Thiong’o asal Kenya. Karena keduanya dianggap kandidat lebih berpeluang oleh seluruh publik sastra dunia.


Bahkan 26 persen pembaca The Guardian (surat kabar Inggris) begitu memfavoritkan Haruki Murakami, adapun sang Sastrawan Jepang itu sudah lima tahun terakhir santer dibuahbibirkan sebagai kandidat kuat peraih Nobel, karena beberapa kali masuk nominator tapi tak kunjung menang sampai sekarang. Dan dalam historitas anugerah Nobel sastra, sudah 107 kali diberikan sejak tahun 1901, dan istimewanya Pattrick Modiano adalah orang ke-11 asal Perancis, setelah pendahulunya Jean-Marie 2008, juga memenangi penghargaan bergengsi yang sama.

Modiano dinilai mampu memaknai seni ingatan (memori), dan mengangkat masyarakat kecil dari pengalaman-pengalaman kelam, penindasan rezim Nazi di Perancis pada tahun 1940-1944. Bahkan Sekretaris The Swedish Academy (Peter Englund) mengatakan “meski selalu menulis novel dengan tema-tema yang sama, Modiano sangat variatif dalam menyajikan tulisan, dia selalu berbicara tentang memori, identitas, dan pencarian dalam novel-novelnya”.

Novelis yang di juluki  Marcel Proust (Pengarang Mencari Waktu yang Hilang) itu adalah pengarang berdarah Yahudi dari ayahnya yang warga Italia serta darah Belgia dari sang ibu. Selama ini Ia memang dikenal sangat konsisten menulis tema-tema tentang hilangnya identitas, kisah-kisah orang Yahudi, dan pendudukan Nazi dalam novel-novelnya. Karena Modiano memang juga mengalami masa-masa sulit karena hidupnya masih berhaluan dengan hingar-bingar perang dunia ke II.

Dia memang bukan orang baru dalam dunia kesusastraan, dia telah menerbitkan sekitar tiga puluhan buku dan melejitkan namanya ke pentas dunia, novel pertamanya La Place de L’Etoil (1968), mendapat pujian dari di Jerman sebagai karya kunci setelah Holocoust. Sedangkan novel yang lainnya Missing Person berhasil mendapat hadiah bergengsi Prix Goncourt pada tahun 1978 dan diterbitkan lebih dari empat puluh kali dalam bahasa Perancis dan bahasa Inggris. Kemudian disusul dengan novel lainnya juga berbahasa Inggris, Ring of Roads: A Novel, Villa Triste, A Trice of Malice, dan Honeymoon.

Bukan hanya di dunia kesusastraan dan tulis menulis, Modiano juga pernah dipercaya sebagai anggota juri Festifal Film Cannes 2000, serta memenangi hadiah dari Negara Autria untuk kategori Satra Eropa 2012.

Semenjak masih remaja, Modiano justru meninggalkan bangku sekolah dan lebih memilih jalan untuk menulis. Saat berusia 22 tahun, baru dia menerbitkan buku pertamanya La Place de L’etoile (Persemayaman Bintang), yang isinya merefleksikan kisah malu yang diderita orang-orang Yahudi.

Sampai Perdana Menteri Perancis (Manuel Valls) mengatakan: “tidak diragukan lagi Modiano adalah salah satu penulis terbesar dalam beberapa dekade terakhir, berbagai penghargaan ini tepat untuknya. Ia seorang penulis yang bijaksana. Dia layak mendapatkan penghargaan atas karya-karyanya.

Namun yang mengantarkan Patrick meraih Nobel sastra adalah karena Novel Missing Person, novel yang menceritakan tentang seorang detektif yang kehilangan ingatan dan kasus terakhirnya adalah untuk mencari tahu jati dirinya, Englund menambahkan novel yang setabal 130-150 halaman itu bercerita tentang kenangan, identitas, dan waktu. Sehingga dengan buah perjuangan dan karyanya, Nobel sastra ini memang layak ia dapat, Modiano nantinya juga menerima hadiah uang senilai 13 miliar yang kemudian akan diberikan dalam upacara resmi di Stockholm pada 10 Desember 2014, tepat pada hari ulang tahun kematian pendiri hadiah novel.

Pada akhirnya, Patrick Modiano hadir dengan kedirian yang absolut, teruji, pantas, dan sanggup untuk menepis ketakpecayaan kita yang berlebihan, ia sekali lagi datang sebagai pembangkit ingatan, dan perangsang memori-memori menusia untuk tidak emoh terhadap sejarah peradaban dan sastra. Modiano adalah novelis super power dengan karya besar yang diganjar Nobel sastra. Maka sampai kapan pun Petrick Modiano, adalah seorang pencari waktu yang hilang.






Share:

0 komentar:

Copyright © LAJANG KEMBARA | Powered by Blogger
Design by SimpleWpThemes | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com