Silahkan bayangkan..!! kalau seandainya makam mantan pemimpin
negara dikencingi orang, diberaki, dan dilantunkan kata-kata satir menyayat
hati, seperti: “hai bodoh..!! bangkitlah—bangkitlah kau—dan enyahlah”, apakah
yang akan terjadi?
Setidaknya ada yang kebakar matanya, lipatan kulit keningnya
bertambah, sepasang alisnya mengait, dan kepalanya mendidih ketika mendengarnya.
Rasa tak terima pastilah memuncak di hatinya, karena ihwal tersebut dianggap sebagai
pelecehan dan penghinaan yang maha berat secara etika dan hukum. Apalagi untuk orang-orang
yang menyanyangi sang pemimpin, keluarga, sahabat, dan rakyat, pastilah akan
protes dan gresi tandingan segera dilancarkan. Kita pun diajak untuk paham
bagaimana ketika makam orang berpengaruh, dihormati, sang revolusioner negara dan
dunia, kemudian dikencingi.
Tapi inilah misi terselubung yang diinisiasi dua seniman
lulusan Universitas luar negeri Jerman; Jhon dan Justin. Dua seniman yang
mempunyai cita-cita satu, yakni ingin mengencingi makam mantan pemimpin politik
Rusia dan pendiri Uni Soviet—Vladimir Lenin—yang dikenal juga sebagai ideolog komunis
yang dianut manusia sejagat, dari belahan dunia mana pun.
***
Tengah malam di puncak larut, hening-sayung,
dan ketika angin tak lagi berkejaran. Jhon dan Justin masih terjaga di dalam
rumah, dini hari, di apartemen Tervolina-Moskwa yang berhalaman stasiun kereta
kuda, dan tetanggaan dengan sungai bolga. Dari sanalah mereka meracik strategi
untuk mewujudkan mimpinya, apa dan bagaimana cara menembus museum atau makam
Lenin di Red Square yang over protective itu. Karena di setiap sudut
museum ada penjaga dan puluhan kamera CCTV di pasang, baik yang gampang dan
sulit terlihat. Apalagi tak ada sejarahnya orang bisa menembus penjagaan makam
itu, jangankan untuk mewujudkan misi lancang mengencingi, memberaki, dan
sebagainya.
Sebetulnya, dua seniman itu sudah
lama memendam hasrat “mengencingi makam Lenin”. Tapi mereka simpan rapi di jiwa
dan tetap sabar menunggu kesempatan emas untuk mewujudkannya. Mereka kelewat dendam
dengan ideologi dan peranan Lenin selama puluhan tahun itu, suatu bayang-bayang
kelam Rusia dan negara lain yang mengekor di belakangnya. Oleh dua seniman itu
pula, Lenin dianggap perusak tatanan dunia, pengacau, dan dengan tidak ragu menyebutnya
sebagai antek Yahudi. Sampai-sampai keduanya tak hanya satu atau dua bulan menyiapkan
misi ini, 12 tahun mereka dihabiskan untuk menyusun strategi dan segalanya yang
dibutuhkan.
Pagi hari setelah semalaman berdebar
hati, saking tak sabar ingin mengincingi Lenin. Mereka mulai aksinya dengan
datar, yakni menjadi serigala berbulu domba atau tepatnya berpura-pura melamar
pekerjaan menjadi karyawan museum. Awalnya mereka berangkat terpisah, di lain
hari dan waktu yang berbeda, agar tidak menumbuh-kembangkan bibit kecurigaan.
Sesuai rencana awal yang disepakati, setelah pengajuan lamaran selesai diproses,
dan setelah proses uji kelayakan selesai pula. Akhirnya; Jhon diterima sebagai
juru kebun dan Justin sebagai petugas kebersihan, posisi yang memang mereka bidik
dan inginkan.
Besoknya, ternyata mereka seragam jadwal.
Berangkatnya pun bersamaan dalam satu angkutan umum kereta listrik menuju museum,
keduanya berangkat dengan pakaian yang
telah disediakan pihak museum, atasan hitam gelap dan bawahan hitam-tapi lebih gelap,
dan dengan tulisan gardener di punggungnya, mereka beraksi.
Di atas kereta listrik yang termasuk
angkutan umum terbaik di Moskwa, mereka bercakap sejenak;
“Eh Jhon, strategi
pertama kita nanti menutupi CCTV Museum dengan gambar yang telah kubawa ini” Jhon
sembari memberikan beberapa lembaran gambar yang telah dimodifikasi sebagai
tipuan untuk mengelabuhi penjaga.
“Iya Jhon.. pastilah
kukerjakan dengan baik, sesuai rencana kita” jawab Justin sumeringah dan
berapi-api.
Sampai di Museum, di berandanya yang
bertaman, mereka mulai pasang posisi, mereka mulai memisahkan diri satu sama
lain, Jhon ke habitatnya untuk memangkasi rerumputan liar sembari menempelkan
gambar tipuan ke kamera CCTV di area kebun. Justin juga tak kalah agresif, ia
menyapu seluruh area museum dan sekali waktu juga menempelkan gambar yang telah
mereka mudifikasi itu.
Hari pertama berjalan rapi,
setidaknya 20 puluhan kamera CCTV yang mereka tutupi dengan gambar, dan besok
mereka akan tutupi semua.
***
Hari kedua bekerja, lambat laun mereka
mendekati hasil, hampir semua kamera CCTV tertutupi gambar, gambar modifikasi yang
kalau dilekatkan ke kamera maka kamera tersebut hanya dapat merekam gambar itu
saja, karena gambar itu menyerupai semua kegiatan di area museum.
Ketika semua kamera telah tertutupi,
mereka ketemuan di pusat jantung pembaringan makam Lenin yang penuh dengan
bunga-bunga, pepohonan nan rindang, dan dengan sepoi angin yang beterbangan di sana.
Tidak mudah dan tak sembarang orang bisa masuk ke sana, tapi kedua seniman itu tak
gentar dan secara terang-terangan masuk ke area makam, sebab mereka percaya
dengan kartu karyawan yang dirasa mudah bisa meloloskannya. Itu pun tidak
gampang, mereka digeledah ketat oleh penjaga. Untungnya setrategi kedua tidak
memerlukan alat bantuan apa pun.
Sampai di dalam, kebetulan dua penjaga
lagi ke kamar mandi, akhirnya secepat kilat mereka menyambar makam Lenin yang
berwarna merah itu. Lenin diawetkan di dalam peti mati berkaca yang bisa tembus
pandang. Ketika dilihatnya, mayat Lenin tampak masih segar laksana baru mati
kemarin, padahal sudah puluhan tahun lamanya.
Maka dengan tanpa mengakarkan
pikiran, Jhon langsung membuka celana yang sebelumnya telah ia buka resletingnya
dari luar makam, sambil lari dengan dendam membara api, ia menyambar. Namun tiba-tiba
langkah Jhon dicegat Justin, ia melarangnya sembari membisikkan kata-kata ke
telinganya; “kita baca doa dulu, agar Lenin-Lenin berikutnya tidak ada di
Moskow, Rusia, bahkan dunia”. “Baiklah”
Jhon menyanggupi sembari tangannya membuka celana-dalam, yang sebagai bungkus terakhir
kemaluannya.
Tapi belum kelar berdoa, Jhon telah
menjipratkan air kemih ke makam Lenin, “dasar anjing” kata-kata satir keluar
dari mulutnya. Justin terkejut karena telah didahului. Maka Justin menyusul-kepo
sambil membuka celananya, malahan ia menjadi penyuplai air kemih terbanyak
ketimbang Jhon. “Akhirnya mimpi kita terwujud kawan, akhirnya…”__“iya nih, aku
telah lama sekali mendambakan momentum ini” keduanya saling cakap sejenak. Tapi
belum sempat mereka mengakhiri kemenangannya, tiba-tiba ada peluru menembus
kepala bagian belakang Jhon, Justin terkejut, gemetar, takut, yang kemudian berusaha
lari, tapi ia juga menjadi amuk sasaran penembakan penjaga museum, ratusan
peluru bersarang di sekujur tubuh mereka. Mereka tersungkur dan akhirnya mati
di atas makam Lenin yang berguyuran air kemih.
0 komentar:
Posting Komentar