Rabu, 20 Juli 2016

Kita Pasti Pulang!



            Alangkah malunya aku, kalau peristiwa tahun lalu itu terulang lagi, betapa malunya aku pada anak perempuanku, dan alangkah hinanya aku di hadapan istriku, kalau-kalau tahun ini kami tidak bisa mudik lagi ke kampung halaman. Masih kuingat, sekawah air mata kekecewaan yang menggenang di sepasang mata istri dan anak perempuanku. Maafkan aku nak! Maafkan aku bu!.

            Tiada kata yang dapat mewakili, betapa senangnya, bangga, dan indahnya merayakan lebaran bersama orang-orang yang kita cintai, apalagi dengan keluarga kita yang telah lama sekali tidak berjumpa, di kampung sana, yang begitu jauh, ada eyang, om, tante, dan teman atau tetangga lama. Bisa dibayangkan kemesraan penuh cinta akan tercipta di sana.

            Begitupun aku, anakku, dan istriku yang juga ingin berbagi rasa rindu dan cinta pada keluarga yang telah berpisah begitu lama.

            Sewaktu sore yang menjemukan, ketika aku tengah duduk tengadah di beranda rumah kontrakan, tiba-tiba istriku datang dengan membawa mimik aneh yang lain dari  biasanya; “Mas, bagaimana mudiknya tahun ini?, jadi, tidak?”. Tiba-tiba istriku melemparkan pertanyaan itu, yang memang dari tadi aku piikirkan, bahkan mulai tahun lalu. “Insya’allah dik, kita pasti pulang kampung, tenang saja jangan kau terlalu mengkhawatirkannya.” “ya, terima kasih Mas, kamu memang suami yang baik dan pengertian,” sambung istriku sambil ia memelukiku hangat, Padahal sewaktu itu aku tambah bingung, bagaimana kita bisa pulang kampung, keuangan keluarga kami memang tidak pernah imbang, penguluaran lebih banyak dari pendapatan, hutang menumpuk dimana-mana.
***

Sampai tiba hari yang ditakutkan, hari untuk kepulangan kami ke kampung,  aku begitu ambigu, karena aku hanya mendapat uang sedikit, dan kalau dipaksakan untuk tetap pulang, bisa jadi tidak sampai ke kampung halaman, uang ini hanya cukup untuk separuh perjalanan.

Dengan berat hati, dan maksud hati untuk menyenangkan dan menghibur anak istriku, terpaksa  aku bawa mereka ke terminal bus, tapi setibanya di sana, anak istriku tidak kubawa masuk terminal, hanya saja kami di pintu gerbang depan.

“Asyik!!, aku bisa ketemu eyang, kami bisa bermain boneka dan rumah-rumahan lagi” anakku tiba-tiba nyeletuk keriangan, ia kadung bahagia jika nanti bisa ketemu eyangnya di kampung,
“Ya Allah, apa yang harus aku lakukan?, aku telah membohongi anak istriku, dan aku tidak bisa berbuat apa.”

“Mas, lama sekali busnya,” sebersit suara tiba-tiba mengerayangiku.
“sebentar lagi Dik, busnya pasti tiba kok, memang agak sedikit lama, yang sabar yaa Dik.”
Dengan lontaran jawabanku yang menyangkal, seketika itu keringat dinginku bercucuran, aku tak tahu apa yang musti kuperbuat.
“masih lama nggak yah?” tiba-tiba anakku bertanya lagi.
“sebentar lagi nak, ini busnya masih di dalam.”

Mereka mulai tidak betah, istriku mondar-mandir kesana kemari, anakku pun demikian, mereka tampak kelelahan lesu, kutangkap dalam sorot mata dan keningnya, duduknya pun sudah tak seimbang.

“jadi nggak pulangnya!!” istriku tiba-tiba meniupkan kalimat, tampak ia begitu marah, karena ia sudah curiga, dan menganggapku telah berbohong.
“Jadi tidak pulangnya Mas? Rasa-rasanya dari tadi ada banyak bus yang laewat, dan kau selalu menjawab_itu bukan busnya, maunya apa sih kamu Mas?”
“kita pasti pulang dik!, kita pasti pulang nak!, hanya saja bus tujuan Semarang itu belum ada. Sabar ya Dik, kita pasti pulang.”

Tampak benteng pertahananku sudah tertembus, mereka sudah tidak mempercayaiku, istriku tiba-tiba menarik anakku untuk segera pulang, bahkan menyeretnya yang tengah menangis. Istriku tetap menarik walau anakku masih ingin bersamaku untuk ketemu eyang di kampung halaman.

***
Bak gayung bersambut, suasana haru itu tiba-tiba mencair. Akhirnya Allah mengutus hambanya untuk menolong kami, ada truk bercat putih menghampiri kami yang tengah bersitegang. “Ada apa ini pak?” tanya sopir truk itu.
“ini Pak, kami sedang ingin ke Semarang, tapi ketinggalan bus”
“ooo.. kalau biegitu kebetulan sekali, aku juga mau ke Semarang, ikutlah denganku,”

Kutub, 2014
  





Share:

0 komentar:

Copyright © LAJANG KEMBARA | Powered by Blogger
Design by SimpleWpThemes | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com