Kamis, 14 Juli 2016

Bonang: Guru Besar dari Jawa



Judul Buku   : Mistik & Makrifat Sunan Bonang
Penulis          : Dr. Purwadi, M. Hum.
Cetakan         : I, April 2015
Penerbit        : Araska
ISBN               : 978-602-300-135-4
Tebal              : 296 Halmn: 14x20,5 cm,
Peresensi       : Khairul Mufid Jr*

Buku “Mistik dan Makrifat Sunan Bonang”, Karya Dr. Purwadi, M. Hum. Ini adalah buku bergenre sejarah tentang penyebaran Islam di pulau Jawa (dan;Indonesia), peran Wali Songo, dan mistik-kememakrifatan Sunan Bonan secara khusus. Dahulu kala dimulai dengan perdagangan Islam kosmopolitan, komunitas Muslim, mendirikan pesantren, dan kelahiran Waliyullah kita kenal, yang saat ini mafhum di telinga kita.



 Untuk mengenal jauh Wali Songo (Wali Sanga) bisa dengan melakukan pendekatan secara denotatif dan konotatif. Dalam pendekatan denotatif: Nama Wali Songo berarti sejumlah guru besar atau ulama yang diberi tugas untuk dakwah di wilayah tertentu. Sedangkan dalam pendekatan konotatif, yaitu seseorang yang mampu mengendalikan babahan hawa sanga (sembilan lubang pada diri manusia), maka dia akan memperoleh predikat kewalian yang mulia dan selamat dunia akhirat.

Wali Songo dikenal khalayak umum sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting Pantura (Pantai Utara) Pulau Utara Jawa, yaitu Surabaya-Gersik-Lamongan-dan Tuban untuk daerah Jawa Timur, sedangkan Demak-Kudus-Muria bagian Jawa Tengah, Dan di Cerebon sendiri berlokasi di Jawa Barat. Mereka saling bahu membahu dalam prores Islamisasi penduduk pribumi di pulau Jawa.

Pendapat lain mengatakan bahwa Wali Songo adalah sebuah majelis dakwah yang pertama kali didirikan oleh Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) pada tahun 808 H/1404 M. Para Wali Songo adalah pembaharu masyarakat pada masanya, pengaruh mereka terasakan dalam beragam bentuk manifestasi peradaban baru masyarakat Jawa, mulai dari kesehatan, bercocok tanam, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan, hingga ke pemerintahan.

Peran Wali Songo yang sangat urgen—memaksa mereka untuk berjuang keras menaklukkan Jawa, sehingga waktu itu dominasi Hindu-Budha lemah dalam kebudayaan Nusantara akibat ekspansi dan Islamisasi besar-besaran. Mereka adalah barometer dan simbol penyebaran Islam di Indonesia, dan tentulah ada banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peran mereka yang sangat besar dalam mendirikan kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Wali Songo ini lebih banyak disebut dari yang lain.

Sebutan Wali Songo bagi penyiar Islam di Jawa adalah merupakan upaya adaptasi unsur budaya pra-Islam dalam konteks masa peralihan. Gelar Sayid dan Sarif sering dirujuk untuk menyatakan bahwa penyandang gelar itu masih termasuk Ahlul Bait atau keluarga Nabi. Oleh karena itu gelar Sayid dipandang lebih tinggi dari Syekh sebagaimana ditunjukkan dalam tradisi kaum Hadrami di Arab Selatan (Hal. 71).
           
            Meski pembentukan pertama kali dilakukan oleh Sultan Turki, namun peran Wali Songo Nusantara begitu besar dan tak bisa diragukan. Begitupun peran seorang guru besar dari Jawa kelahiran kabupaten Rembang desa Bonang, dia adalah Raden Maulana Makdum Ibrahim (atau; Sunan Bonang). Nama Sunan Bonang diduga adalah Bong Ang sesuai bama marga Bong seperti nama ayahnya Bong Swi Hoo alias Sunan Ampel.

            Sunan Bonang dipercaya oleh masyarakat Jawa sebagai Guru Besar Para Wali di Tanah Jawa. Dalam sejarah Wali Songo, Sunan Bonang menempati posisi utama, karena ia pernah menjadi guru agung Sunan Kalijaga dan Syekh Siti Jenar. Keduanya adalah tokoh Wali yang fenomenal sekaligus kontroversial.

            Metode pengajaran Sunan Bonang dalam menyebarkan agama Islam sungguh kreatif, akomodatif, dan aplikatif. Baik jajaran eksekutif Keraton Demak maupun kalangan masyarakat Jawa pada umumnya dapat menerima ajaran-ajaran Sunan Bonang. Kepentingan Negara dan rakyat mendapat perhatian yang proporsional, sehingga pelbagai ketegangan dapat didemkan.

            Misalkan dalam pengajaran spiritual; Sunan Bonang mendedahkan pakem pengertian, bahwa pendidikan spiritual dan budi pekerti menerangkan apa yang seharusnya dan sebaiknya dilakukan oleh manusia terhadap manusia yang lain. Syariat adalah tahap yang paling ideal, yaitu manusia harus menghormati dan hidup sesuai dengan rukun agama menjalankan kewajiban dengan benar-benar, menghargai dan menghormati orang tua, guru, pemimpin dan raja, mematuhi aturan sosial, dan menjaga keselarasannya, serta mengakui tatanan kosmis. Manusia sadar bahwa Tuhan ada. (Hal. 186)

            Sunan Bonang juga terkenal dengan ilmu kebatinannya yang dalam. Ia mengembangkan ilmu (dzikir) yang berasal dari Rasulullah SAW, kemudian beliau kombinasikan dengan keseimbangan pernapasan yang disebut dengan rahasia Alif-Lam-Mim, yang artinya hanya Allah SWT yang tahu. Sunan Bonang juga menciptakan gerakan-gerakan fisik atau jurus yang beliau ambil dari seni bentuk huruf  hijaiyyah yang berjumlah 28 huruf dimulai dari huruf Alif dan diakhiri huruf Ya’. Ia menciptakan gerakan-gerakan fisik dari nama dan simbol huruf hijaiyyah adalah dengan tujuan yang sangat mendalam dengan makna, secara awam saya artikan yaitu mengajak murid-muridnya untuk menghafal huruf-huruf hijaiyyah dan nantinya setelah mencapai tingkatnya diharuskan bisa baca dan memahami Al-Qur’an. (Hal. 205).

Maka dengan kemahaluasan ilmu pengetahuan Sunan Bonang, serta banyak melahirkan murid yang luar biasa. Maka, tak ayal kalau beliau mendapat cap guru besar dari pulau Jawa. Yang telah meniti jalan kemistikan dan jalan kemakrifatan demi tegaknya ukhuwah islamiyah di pulau Jawa dan Nusantara.

Buku setebal 296 halaman karya Dr. Purwadi, M. Hum. Ini adalah sebuah pintu untuk mengenang dan meramu ingatan kita kembali akan sejarah Islam Nusantara, hiruk pikuk perjuangan para Waliyullah, dan kearifan guru besar agama Islam (Sunan Bonang) wabil khusus. Buku sederhana yang kaya makna ini, sangat cocok untuk semua kalangan; mulai dari para pakar, pengamat, ilmuan, agamawan, budayawan, mahasiswa, dan masyarakat pada umumnya perlu sekali membaca buku yang bermanfaat ini. Maka selamat membaca!


Kutub 2015
           


Share:

0 komentar:

Copyright © LAJANG KEMBARA | Powered by Blogger
Design by SimpleWpThemes | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com